JAKARTA | KBA – Pendiri yang juga Ketua Bidang Kebijakan Publik DPN Partai Gelora Achmad Nur Hidayat memutuskan meninggalkan partai pimpinan Anis Matta tersebut. CEO Narasi Institute ini mengambil keputusan demikian karena melihat partai ini tidak sesuai dengan slogan Arah Baru Indonesia yang diusungnya terkait Pemilihan Presiden 2024.
Achmad Nur Hidayat menyampaikan hal tersebut dalam podcast bersama Refly Harun “PAKAR KEBIJAKAN PUBLIK INI HIJRAH KE ANIES! MENGAPA? | DICECAR DENGAN MAT NOER!!” yang disiarkan secara live di akun Youtube @Refly Harun, Selasa malam, 16 Mei 2023.
Meski demikian, di awal penjelasannya dia mengungkapkan bahwa ingin fokus menjadi menjadi pengamat kebijakan publik yang independen menjadi alasan yang disampaikannya kepada pengurus Partai Gelora kenapa mengundurkan diri.
“Meskipun tidak di partai, tetapi saya akan tetap berjuang untuk masyarakat. Karena saya ingin menjadi seorang pengamat yang independen. Karena buat saya kalau ada embel-embel partainya, orang sudah kasih kita label sehingga kita tidak bisa menyampaikan kepada publik,” ucapnya.
“Itu saya sampaikan kepada sahabat-sahabat saya di Gelora. Dan itu [menimbulkan] pro kontralah di teman-teman. Saya bilang ini satu keputusan pribadi yang saya pilih dan saya kira pilihan pribadi ini harus dihormati oleh siapa pun,” tegasnya.
Alasan kedua meninggalkan Gelora, dia mengakui belum pernah disampaikan di channel mana pun. Alasan ini baru pertama kali diungkap dalam podcast bersama pakar hukum tata negara tersebut.
“Jadi kalau kita bicara mengenai tokoh perubahan di 2024 ya, satu buat saya secara pribadi, ini satu persoalan serius,” katanya memulai penjelasan tentang alasan kedua meninggalkan partai tersebut.
Ketua BEM UI tahun 2003-2004 ini kemudian mengungkap sejarah keterlibatanya di Partai Gelora. Dia mengenal Partai Gelora sejak dini, bahkan sebelum didirikan. Apalagi dia sempat menjadi Ketua Harian Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) DKI Jakarta, ormas yang menjadi cikal bakal Partai Gelora.
Dia tertarik dengan Gelora karena partai ini mengusung gagasan arah baru Indonesia.
“Kenapa saya tertarik karena ini adalah gagasan baru. Menurut saya Indonesia memang memerlukan satu gerakan atau satu tema untuk mengantarkan bangsa ini jadi besar. Kalau temanya kita pakai tema yang lama, sebutlah misalkan tema reformasi, itu kan kayak sudah out of date. Orang kecewalah dengan reformasi. Kemudian ada gagasan arah baru,” paparnya.
Terpikat dengan gagasan yang diusung tersebut, dia pun terlibat sejak dini. Bahkan menjadi 1 dari 99 pendiri partai yang diresmikan pada tahun 2019 tersebut.
“Setelah mendirikan [Gelora], saya diberi kepercayaan menjadi Ketua Bidang Kebijakan Publik. Jadi punya interest saat itu ingin menjadi anggota legislatif, memperjuangkan masyarakat dari membuat undang-undang,” bebernya.
Namun dalam perjalanan waktu, dia melihat minat Partai Gelora dan dirinya terkait Pilpres 2024 tidak nyambung. Meski belum memutuskan sikap politik terkait Pilpres 2024, namun partai ini menunjukkan kecenderungan tidak mendukung tokoh perubahan, bahkan semakin menjauh.
“Saya melihat satu gelagat, kok bukan makin mendekat dengan orang-orang yang kita anggap, saya secara pribadi punya parameter [tentang] orang-orang perubahan. Tapi malah menjauh,” ungkap pakar kebijakan publik yang akrab disapa Mat Noer ini.
Padahal sejak awal dia ingin Indonesia ke depan mengalami perubahan. Sebab selama sembilan tahun terakhir, dia menilai perjalanan bangsa bukan menuju menjadi bangsa besar. Malah cenderung ke arah failed state atau negara gagal.
Sementara sosok yang memenuhi kriteria tokoh perubahan tersebut menurutnya sudah muncul. Yaitu mantan Gubernur DKI Jakarta yang saat ini sudah didukung NasDem, Demokrat, dan PKS sebagai calon presiden, Anies Baswedan.
“Sekarang sudah ada, sudah muncul, lah kenapa kita tidak usung. Setidaknya kita cobalah kebaruannya itu,” katanya.
“Nah saya kira, interest saya ini enggak ketemu untuk urusan bagaimana punya pemimpin yang baru, yang pro kepada pembaruan. Akhirnya saya pilih untuk menyatakan keluar sebagai calon legislatif, keluar sebagai Ketua DPN, dan keluar dari partai,” tegasnya.
Mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden, Mat Noer menegaskan dia akan tetap menjadi seorang pengamat independen. Karena berbeda bergabung dengan partai politik yang tentu tidak bisa independen, sementara terkait pilpres tidak bisa tidak independen. Apalagi, dia antara tiga bakal capres yang mengemuka saat ini hanya seorang yang mengusung perubahan.
“Kita enggak bisa independen kalau kita jiwanya adalah ingin perubahan, reformasi. Maka pilihan yang tersedia cuman satu. Dan menurut saya di situ bukan berarti ketika saya memutuskan untuk mendukung Pak Anies, bahkan di sinilah konsistensi saya diuji bahwa saya tetap ingin memberikan yang terbaik buat masyarakat. Saya kira itu logika saya,” tandasnya.
Sumber: kbanews.com


