AKURAT.CO Kebakaran Depo Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara, menelan korban jiwa sebanyak 19 orang. Kebakaran ini menambah rentetan terbakarnya aset Pertamina yang menyebabkan kerugian negara cukup besar.
Untuk itu, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat mengatakan, investigasi peristiwa kebakaran depo kilang Pertamina di Plumpang harus dilakukan secara transparan.
“Di negara lain, pihak korporasi akan mengundurkan diri jika ada kejadian semacam ini sebagai bukti tanggung jawab moral,” kata Achmad dalam keterangan persnya, Senin (6/3/2023).
Hal itu mencegah kejadian serupa di seluruh depo kilang Pertamina. Apalagi di wilayah Plumpang merupakan daerah padat penduduk, maka jangan dibiarkan warga kembali ke tempatnya.
Hal ini harus dipikirkan agar mereka mendapatkan tempat yang layak dan keselamatan mereka dapat terjamin.
Menurutnya, kesalamatan warga harus diprioritaskan. Setelah itu, Pertamina punya kewajiban untuk memastikan bahwa kejadian kebakaran kilang semacam ini tidak terulang di masa depan.
Pertamina harus menjelaskan hasil investigasi kebakaran-kebakaran di Pertamina selama ini. Ini sangat penting agar reputasi Pertamina baik dan masyarakat tahu penyebab utama kebakaran.
“Jangan sampai ada upaya saling melindungi di tubuh Pertamina atas kesalahan yang terjadi apalagi kelalaian-kelalaian yang mengakibatkan korban jiwa,” ujarnya.
Depo kilang Plumpang pada 2009 sudah mendapatkan rekomendasi dari pemerintah untuk membuat buffer zone. Ini harus diinvestigasi apakah dilaksanakan atau tidak.
Ke depan, Pertamina harus superketat menjalankan protokol keselamatan. Setiap orang yang bekerja di kilang minyak harus memahami dan mematuhi semua protokol keselamatan yang telah ditetapkan, termasuk penggunaan alat pelindung diri dan pelatihan tanggap darurat.
Terjadinya kebakaran kilang tidak lepas dari kelalaian personel. Untuk itu, harus selalu dilakukan inspeksi dan pemeliharaan rutin untuk memastikan bahwa semua peralatan bekerja dengan baik dan terawat dengan baik. Hal ini dapat menghindari kerusakan atau kegagalan peralatan yang dapat menyebabkan kebakaran.
Penerapan sistem pengendalian kebakaran yang efektif seperti sprinkler, fire extinguisher, alarm kebakaran, dan sistem pemadaman kebakaran. Sistem ini harus selalu siap dan diperiksa secara berkala.
Di Aramco, sistem pengendalian kebakaran sudah menggunakan teknologi canggih secara otomatis. Termasuk sistem pemadaman otomatis dan manual, fire suppression system, dan sprinkler system yang dapat secara otomatis memadamkan api pada titik api yang terdeteksi.
Harus ada upaya pemantaian bahaya potensial seperti kebocoran gas dan minyak, tumpahan minyak, atau perubahan suhu yang drastis. Setiap bahaya potensial harus segera diperbaiki atau diatasi sebelum menjadi lebih buruk.
Sangat penting untuk melakukan pelatihan karyawan secara rutin mengenai tindakan yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran, serta bagaimana mencegah terjadinya kebakaran dan mengatasi situasi darurat.
Perencanaan prosedur darurat harus jelas dan dikenal oleh semua karyawan. Rencana ini harus mencakup pengaturan evakuasi, koordinasi dengan petugas pemadam kebakaran, dan cara mengatasi kebakaran atau bencana lainnya.
Demikian juga stok bahan kimia harus dikelola dengan hati-hati dan memastikan bahwa bahan kimia yang mudah terbakar disimpan di tempat yang aman.
“Jika unsur-unsur pengendalian kebakaran kilang minyak tersebut tidak dilakukan maka besar kemungkinan peristiwa ini akan terulang,” tutupnya.
Sumber: akurat.co