Oleh Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom & Pakar Kebijakan Publik UPNVJ

Anak muda Indonesia dewasa ini semakin kritis dan menunjukkan kebijaksanaan dalam memilih pemimpin, menolak tawaran yang hanya berdasarkan kemampuan joget-joget atau muncul karena privilege semata.

Hal ini mengindikasikan bahwa pemuda tidak hanya terpancing oleh popularitas artifisial, melainkan mencari substansi dan integritas dalam kepemimpinan. Mereka lebih memilih pemimpin yang memiliki bakat dan pengalaman yang mumpuni.

Observasi terhadap ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden mengungkapkan bahwa pemuda tidak tergoda oleh usia muda semata, melainkan mengutamakan nilai-nilai kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Hal ini dapat dilihat dari hasil salah satu survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas pada bulan Juni 2023. Survei tersebut menunjukkan bahwa 62,9% anak muda Indonesia memilih pemimpin yang memiliki pengalaman. Sementara itu, hanya 28,6% yang memilih pemimpin yang masih muda.

Preferensi anak muda Indonesia ini tentu saja patut diapresiasi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah semakin dewasa dalam berpikir dan bersikap. Mereka sadar bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar soal penampilan atau popularitas, melainkan juga soal kemampuan dan pengalaman.

Pemimpin Perlu Modal Bakat dan Pengalaman

Pentingnya memilih pemimpin yang memiliki bakat dan pengalaman menjadi sorotan dalam pemikiran anak muda. Mereka menyadari bahwa tidak semua orang memiliki bakat alami untuk memimpin, dan bahwa pengalaman hidup merupakan unsur penting dalam membentuk kepemimpinan yang berkualitas.

Sudah seharusnya kepemimpinan tidak hanya didasarkan pada popularitas atau kemampuan tertentu, tetapi juga mempertimbangkan perjalanan hidup dan pengalaman yang membentuk karakter seorang pemimpin.

Popularitas Tanpa Bakat dan Pengalaman Berdampak Buruk

Kepemimpinan yang hanya mengandalkan popularitas tanpa disertai bakat dan pengalaman banyak menuai kritik. Hasil kinerja yang buruk akan menjadi konsekuensi yang tidak terhindarkan jika kepemimpinan hanya didasarkan pada popularitas semata.

Analisis ini mengingatkan kita bahwa sebuah kepemimpinan yang berhasil memerlukan kombinasi harmonis antara bakat, pengalaman, dan popularitas, yang jika tidak seimbang, dapat merugikan kinerja dan kesejahteraan masyarakat.

Visi Sederhana yang Dimengerti oleh Semua

Seorang pemimpin harus mampu memberikan contoh dan menyampaikan visi dengan baik. Namun, penting juga bahwa visi yang disampaikan bersifat sederhana dan mudah dimengerti oleh semua orang.

Dengan demikian, seorang pemimpin tidak hanya memimpin, tetapi juga membangun kesadaran dan kepercayaan di kalangan masyarakat, menjadikan visinya sebagai panduan yang dapat dipahami dan diikuti oleh semua.

Pemilihan Pemimpin Berbasis Substansi dan Integritas

Dalam menghadapi pilihan pemimpin, anak muda menegaskan bahwa substansi dan integritas lebih bernilai daripada popularitas semata.

Pilihan ini diakui sebagai cerminan kebijaksanaan dan kedewasaan politik generasi muda yang mampu melihat melampaui citra belaka.

Oleh karena itu, suksesnya kepemimpinan seharusnya tidak hanya dilihat dari usia atau popularitas, tetapi dari keseimbangan antara bakat, pengalaman, dan kemampuan untuk menyampaikan visi yang sederhana namun memotivasi.