PR KUNINGAN — Keanggotaan resmi Indonesia dalam kelompok BRICS membuka pintu bagi peluang besar, termasuk akses ke minyak mentah Rusia dengan harga yang lebih murah.
Hal itu ungkap pandangan Achmad Nur Hidayat (ANH), seorang ekonom dan pakar kebijakan publik dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta.
Bahwasannya, ANH menyebutkan kondisi ini dapat mengurangi defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas) Indonesia.
“Keanggotaan BRICS memberikan potensi keuntungan terutama dalam perdagangan minyak, di mana harga yang ditawarkan Rusia bisa lebih murah dibandingkan harga pasar internasional,” ujar Achmad kepada Pikiran Rakyat Kuningan, Kamis 9 Januari 2025.
Dengan adanya embargo Barat terhadap Rusia, negara ini menawarkan minyaknya dengan diskon besar kepada pasar non-Barat.
Selain itu, Ekonom asal Kuningan, Jawa Barat ini melihat potensi kerjasama yang lebih luas di sektor energi antara kedua negara. Investasi dalam infrastruktur energi, pengembangan teknologi, dan transfer pengetahuan bisa menjadi langkah nyata dalam mendiversifikasi energi Indonesia.
Namun, Achmad juga mengingatkan akan risiko yang harus dihadapi. Embargo dan sanksi dari negara-negara Barat terhadap Rusia dapat membatasi akses Rusia ke sistem pembayaran global seperti SWIFT, sehingga menyulitkan transaksi perdagangan.
Menurutnya, Pemerintah Indonesia perlu mencari mekanisme pembayaran alternatif, seperti menggunakan mata uang lokal atau sistem pembayaran khusus, meski ini berisiko memicu ketegangan diplomatik dengan negara-negara Barat.
Lebih jauh lagi, ANH menyoroti risiko reputasi yang dapat mempengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat. Terlibat dalam perdagangan minyak dengan Rusia bisa dipersepsikan sebagai dukungan terhadap kebijakan luar negeri Rusia yang kontroversial, yang mungkin memperburuk hubungan dengan negara-negara lain.
Achmad menyarankan agar kerjasama energi dengan Rusia dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan transparansi. Pemerintah Indonesia harus memastikan kebijakan yang jelas dan langkah mitigasi untuk mengelola risiko yang mungkin timbul di masa depan.
Menurutnya, kerjasama ini harus mendukung kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Pada akhirnya, perdagangan minyak dengan Rusia melalui BRICS memiliki potensi besar untuk menyeimbangkan defisit neraca perdagangan migas dan mengurangi biaya energi domestik. Namun, perencanaan yang matang, diplomasi yang hati-hati, dan komitmen terhadap independensi kebijakan luar negeri Indonesia tetap menjadi kunci,” pungkasnya.
Sumber: kuningan.pikiran-rakyat.com