Juru Bicara dan tim ahli ekonomi Anies Baswedan, Thomas Lembong, menyampaikan bahwa pembahasan utang dalam era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi fokus perhatian. Lembong menyoroti strategi pengurangan utang yang akan dijalankan oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) jika mereka terpilih dalam Pilpres 2024.
Pengurangan Utang Melalui Peran Swasta
Salah satu strategi utama yang diusulkan adalah meningkatkan peran sektor swasta dalam pembangunan ekonomi. Sektor swasta harus memainkan peran yang lebih besar dalam proyek-proyek infrastruktur daripada APBN dan BUMN, dengan tujuan mengurangi beban utang pada pemerintah. Contoh pembangunan jalan tol yang awalnya dikerjakan oleh sektor swasta, tetapi seiring berjalannya waktu, lebih banyak proyek tersebut diambil alih oleh APBN dan BUMN.
Diversifikasi Denominasi Utang
Saat ini, mayoritas utang luar negeri Indonesia dinyatakan dalam dolar Amerika. Menggantungkan utang pada dolar saja meningkatkan risiko karena fluktuasi nilai tukar dan kekuatan dolar yang tidak selalu menguntungkan. Diversifikasi utang ke mata uang lain seperti euro, yen, dan renminbi dapat mengurangi risiko ini.
Utang Internasional vs. Dalam Negeri
Pemerintahan Anies-Muhaimin akan lebih cenderung mengambil utang dari sumber internasional daripada dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan tingginya suku bunga utang dalam rupiah yang dapat memberikan tekanan pada mata uang tersebut.
Dengan memperluas peran sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek ekonomi akan mengurangi beban utang yang harus ditanggung oleh pemerintah. Lebih banyak peluang bisnis bagi swasta akan meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak dan mengurangi ketergantungan pada APBN dan BUMN.
Dalam hal ini, merujuk kepada pengalaman Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang mempromosikan kerja sama dengan sektor swasta dalam berbagai proyek.
Diversifikasi denominasi utang menjadi penting untuk mengurangi risiko mata uang dan fluktuasi nilai tukar dolar yang dapat memberikan tekanan pada ekonomi. Utang dalam mata uang yang lebih stabil seperti yen, euro, atau renminbi dapat membantu menjaga stabilitas rupiah.
Selain itu, mengutamakan utang dari sumber internasional diharapkan dapat mengendalikan tingginya suku bunga utang dalam rupiah, yang bisa berdampak negatif pada ekonomi dalam negeri.
Hal ini juga sejalan dengan janji Anies-Muhaimin untuk menjaga rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) di bawah 30% pada akhir masa pemerintahan mereka.
Tim Anies-Muhaimin menawarkan strategi pengurangan utang yang mencakup pengembangan sektor swasta, diversifikasi denominasi utang, dan prioritas utang internasional.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi beban utang pemerintah, meningkatkan stabilitas ekonomi, dan mencapai target rasio utang terhadap PDB yang lebih rendah pada masa pemerintahan Anies-Muhaimin.
Oleh Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom & Pakar Kebijakan Publik UPNVJ