Di tengah gelombang perubahan ekonomi global, industri startup menghadapi serangkaian tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan lebih dari 10 perusahaan startup, termasuk GoTo yang telah mencatatkan saham di pasar publik, mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, lanskap pekerjaan kreatif dan inovatif ini menghadapi masa penuh ketidakpastian.
Penyebab PHK Massal: Inefisiensi dan Ketidakseimbangan Gaji
Salah satu penyebab utama dari PHK massal di industri startup adalah inefisiensi dalam pengelolaan. Banyak perusahaan, dalam upaya mereka untuk berkembang pesat, terjebak dalam perangkap merekrut lebih banyak karyawan daripada yang sebenarnya dibutuhkan.
Fenomena ini sering terjadi di perusahaan yang berstatus sebagai ‘unicorn’, di mana ada kecenderungan untuk membanggakan jumlah karyawan sebagai simbol kesuksesan. Namun, realitasnya sering kali tidak sejalan dengan kebutuhan operasional yang sebenarnya, menyebabkan pembengkakan biaya operasional.
Masalah lain yang sering muncul adalah ketidakseimbangan gaji, terutama di level manajerial dan elit.
Gaji yang tinggi di tingkat ini sering kali tidak proporsional dengan penghasilan atau traffic yang dihasilkan oleh perusahaan, menciptakan ketidakseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan.
Dampak Prediksi Resesi Ekonomi Global pada Investasi
Resesi ekonomi global yang diprediksi terjadi di tahun 2023 telah menyebabkan banyak investor untuk menarik diri dari pasar startup pada saat itu. Keputusan ini diambil sebagai reaksi terhadap ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat, menyebabkan penarikan dana yang signifikan dari perusahaan startup.
Hal ini menyebabkan kekurangan dana yang serius bagi banyak startup, memaksa mereka untuk mengurangi biaya, termasuk melalui PHK.
Walaupun kenyataannya resesi global yang ditakutkan tidak terjadi tapi tidak membuat startup bertahan. Perbankan pun lebih selektif ber modal ke startup karena melihat start up yang sudah tidak seksi lagi.
Keruntuhan Image Perusahaan Digital dan Startup
Akibat dari PHK massal ini, image perusahaan digital dan startup, yang sebelumnya dikenal sebagai industri penuh kreativitas dan inovasi, mengalami keruntuhan. Sektor yang dulu dianggap sebagai pekerjaan idaman karena kreativitasnya, kolaborasi yang mendalam, dan dampaknya yang memudahkan kehidupan masyarakat, kini dihadapkan pada realitas yang lebih keras.
PHK massal ini mengubah persepsi publik terhadap industri ini, yang tadinya dianggap sebagai simbol kemajuan dan inovasi.
Penutupan Silicon Valley Bank dan Kehati-hatian Industri Perbankan
Penutupan Silicon Valley Bank (SVB) oleh regulator Amerika Serikat telah menjadi sinyal peringatan bagi perusahaan rintisan (startup) dan industri perbankan. SVB, yang dikenal sebagai bank yang fokus pada pembiayaan perusahaan teknologi dan startup, menghadapi kesulitan finansial akibat kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Kejadian ini menimbulkan efek domino, memicu kehati-hatian ekstra di kalangan bank lain dalam membiayai bisnis startup, yang menambah ketidakpastian dalam pendanaan bagi perusahaan-perusahaan ini.
Efek Domino di Perusahaan Teknologi Besar
Tidak hanya startup kecil, perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Google, dan Meta juga terkena dampak. Mereka mengikuti tren dengan melakukan PHK besar-besaran sebagai respons terhadap perubahan kondisi ekonomi. Ini menandai dimulainya era ‘winter’ bagi startup teknologi, yang ditandai dengan pengetatan iklim investasi dan kehati-hatian yang meningkat dari para investor dan perusahaan pendanaan.
Situasi ini menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan yang kebal terhadap fluktuasi ekonomi global.
Saran untuk Startup: Adaptasi dan Efisiensi
Dalam menghadapi tantangan ini, startup harus mengambil langkah adaptasi yang signifikan. Kunci untuk bertahan adalah dengan meningkatkan efisiensi operasional dan menciptakan pendapatan yang melebihi pengeluaran.
Startup harus beralih dari model yang bergantung pada investasi besar ke model yang lebih mandiri secara finansial dan operasional. Mereka perlu lebih fokus pada penciptaan nilai jangka panjang daripada pertumbuhan yang cepat namun tidak berkelanjutan.
Langkah Antisipatif Pemerintah dan Munculnya UMKM
Pemerintah di berbagai negara diharapkan mengambil langkah antisipatif untuk menghindari gelombang PHK berikutnya. Munculnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai alternatif bagi mereka yang terkena dampak PHK menunjukkan perubahan dalam ekosistem pekerjaan. UMKM mungkin menjadi sumber pekerjaan baru dan penting untuk pertumbuhan ekonomi lokal, terutama dalam situasi ekonomi yang sulit.
Industri startup kini dihadapkan pada tantangan yang memaksa mereka untuk berpikir dan bertindak berbeda dari sebelumnya. Keberhasilan dalam era baru ini akan bergantung pada seberapa baik perusahaan mampu beradaptasi dengan realitas ekonomi global yang baru, serta kemampuan mereka untuk melakukan efisiensi dan inovasi. Ini bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang mengubah tantangan menjadi peluang untuk pertumbuhan dan inovasi yang berkelanjutan.
Oleh Achmad Nur Hidayat, MPP. (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta dan CEO Narasi Institute)