Pilpres tahun 2024 semakin dekat dan di Tahun 2024 mendatang diprediksi akan menjadi momen penting bagi Indonesia dalam menentukan arah ekonomi yang akan diambil.
Dalam dunia politik Indonesia, Capres Ganjar dan Prabowo telah sering disorot oleh masyarakat sebagai dua figur pemimpin yang sunyi dari narasi pemecahan masalah ekonomi yang kompleks.
Meskipun memiliki pengalaman dan jaringan politik yang kuat, keduanya kerap terlihat kurang berani menyampaikan gagasan konkret mengenai isu-isu ekonomi seperti utang negara yang terus membengkak, tingginya angka kemiskinan, dan kenaikan harga pokok yang meresahkan masyarakat.
Namun, berbeda dengan keduanya, ada sosok lain yang telah menarik perhatian publik yaitu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Anies terlihat lebih berani dan tegas menyampaikan gagasan-gagasan yang mengarah pada pemecahan masalah ekonomi yang kompleks.
Ia tidak ragu untuk berbicara tentang kebutuhan untuk mengurangi utang negara dengan mengoptimalkan sumber daya dan mengimplementasikan kebijakan fiskal yang bijaksana.

Selain itu, jika di lihat dari rekam jejak Anies juga berani menyuarakan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi kemiskinan dan kenaikan harga pokok.
Ia aktif mendorong program-program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat, serta berupaya menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok melalui langkah-langkah yang inovatif.
Namun, perjalanan politik masih panjang, dan tantangan dalam mengatasi masalah ekonomi yang kompleks ini tetap menjadi ujian bagi setiap calon pemimpin di masa depan.
Alasan mengapa narasi keberlanjutan dari Capres Ganjar dan Prabowo tidak menyajikan solusi berbeda atas persoalan ekonomi tersebut.
Karena kedua kandidat tersebut terbelenggu oleh kebijakan-kebijakan lama yang sudah diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya, sehingga sulit bagi mereka untuk menciptakan solusi yang benar-benar inovatif dan berbeda.
Bisa jadi narasi keberlanjutan yang disampaikan oleh keduanya lebih fokus pada pemeliharaan status quo dan tidak memiliki visi yang jelas untuk mengatasi masalah ekonomi yang tengah dihadapi.
Kecenderungan narasi keberlanjutan yang memiliki hasil yang sama dan tidak menuntaskan masalah dapat menjadi pemicu ketidakpuasan masyarakat terhadap kandidat Capres Ganjar dan Prabowo.
Jika kedua calon tersebut hanya menawarkan solusi-solusi yang telah sering digunakan tanpa menghadirkan perspektif dan langkah-langkah baru, masyarakat merasa kecewa karena masalah ekonomi yang kompleks dan mendalam masih tetap belum terpecahkan.
Hal ini bisa menyebabkan masyarakat merasa kurang tertarik dengan gagasan-gagasan yang diusung.
Persepsi narasi keberlanjutan yang berbeda dengan tingkat kepuasan terhadap Presiden merupakan hal yang kompleks dalam dunia politik.
Meskipun narasi keberlanjutan yang diusung oleh seorang Presiden dapat menciptakan citra kesinambungan dan stabilitas, hal ini tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden itu sendiri.
Tingkat kepuasan Presiden lebih banyak diukur melalui hasil survey yang seringkali dapat dipengaruhi oleh bias dari berbagai pihak.
Para “buzzeers” atau influencer media sosial pun turut memberikan sorotan tentang potensi bias dalam proses pengumpulan data dan analisisnya.
Dalam konteks ini, narasi keberlanjutan yang dibangun oleh Presiden dapat mengalami manipulasi persepsi, baik dari pendukung yang berusaha memperkuat citra positif, maupun dari kritikus yang berupaya menciptakan narasi negatif.
Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan dan kritis dalam mengevaluasi kepuasan terhadap Presiden agar dapat memahami dengan lebih objektif performa pemerintahan dan menghindari terjebak dalam perangkat narasi yang bias.
Untuk itu Perlunya keberanian dari Semua calon presiden untuk memberi gagasan ekonomi yang tepat dan efektif misalnya:
Pertama, Keberanian calon presiden dalam menyajikan gagasan ekonomi yang tepat sasaran akan membuka jalan bagi inovasi dan solusi baru dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Dengan berani mencari alternatif kebijakan, mereka dapat merespons perubahan ekonomi yang cepat dan mendatang dengan strategi yang lebih efektif.
Kedua, Calon presiden yang berani memberikan gagasan ekonomi yang efektiv dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan mengambil langkah-langkah yang berani dan progresif, maka mampu meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, Keberanian dalam menghadapi isu-isu ekonomi yang kompleks akan membantu calon presiden menemukan solusi tepat waktu.
Dalam mengatasi ketidakpastian dan tekanan ekonomi, capres perlu berani menghadapi isu-isu kontroversial dan mengevaluasi kebijakan yang sudah ada untuk mencapai perubahan yang positif.
Keempat, Keberanian calon presiden dalam menyajikan gagasan ekonomi yang preventif akan meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
Masyarakat akan lebih cenderung mendukung calon presiden yang menunjukkan ketegasan, keterbukaan, dan kesungguhan dalam memberikan solusi konkret bagi permasalahan ekonomi yang dihadapi bangsa.

Keterlibatan aktif dari para pemangku kepentingan non-pemerintah akan memperkuat implementasi kebijakan ekonomi dan memperluas dampak positifnya bagi masyarakat.
Ketiga kandidat calon presiden diharapkan untuk segera menyusun rencana konkret mengenai masalah ekonomi hari ini dan masa pasca 2024. Masyarakat berharap agar calon presiden mampu memberikan visi dan ide-ide yang berbeda, serta mampu menuntaskan permasalahan ekonomi yang selama ini belum terselesaikan. Dengan begitu, Indonesia dapat bergerak maju menuju kesejahteraan yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya.
Oleh: Achmad Nur Hidayat | Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, CEO Narasi Institute