Seluruh kandidat capres diundang hadir dalam rakornas APDESI, hanya 2 kandidat yang hadir diantaranya adalah Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Ganjar tidak hadir alasannya rakornas tersebut diselenggarakan di hari kerja.
Dari dua kandidat yang hadir, Prabowo dan Anies Baswedan terlihat cemerlang dalam memberikan pidato pembanguan desa di masa depan. Prabowo hadir tidak memberikan gagasn baru pengembangan desa lebih banyak kepada reminder peran desa dalam pembangunan dan kesejahteraan, Hanya Anies Baswedan yang berani menilai bahwa desa tidak bisa berjuang sendiri untuk mencapai kesejahteraannya.
Pidato Anies dalam acara tersebut dengan memberikan evaluasi terhadap perkembangan desa menunjukan perhatian dan komitmennya terhadap kesejahteraan di tingkat desa. Keberaniannya untuk meng-assess persoalan terkecil bangsa ini menunjukan kefahamannya dalam mengidentifikasi masalah perdesaan.
Pidato Anies Baswedan Versus Prabowo dalam Rakornas APDESI
Prabowo mengingatkan potensi sumber daya alam di pedesaan termasuk sektor pertanian, perkebunan, dan pertambangan dimana bila potensi tersebit dikelola secara maksimal dan diperuntukkan untuk masyarakat, kesejahteraan bakal dirasakan. Bahkan desa dapat memainkan lain selain pertumbuhan ekonomi yaitu peran transisi energi.
Prabowo menyampaikan bagaimana dana desa yang diperjuangkan dari tahun 2009-2010 dan pada tahun 2013 ia menandatangani piagam komitmen kepada APDESI untuk memperjuangkan dana desa Rp1 miliar satu desa.
Prabowo banyak juga menyampaikan peranan partainya dalam meloloskan dana desa di DPR. Juga ajakan-ajakan kerukunan dan kerjasama antar elit. Dan membicarakan beberapa hal yang normatif lainnya.
Sementara Anies Baswedan berani memaparkan bahwa masyarakat desa sedang mengalami berbagai ketimpangan dan ketidakadilan sehingga perlu beberapa pembenahan di level desa.
Anies juga bicara soal gaji perangkat desa yang rendah, hingga rumitnya birokrasi desa.
Dia merespons apa yang dibicarakan di forum tersebut tentang gaji perangkat desa yang rendah, birokrasi dana desa yang rumit.
Selain itu Anies pun memetakan desa kedepan menjadi pusat pelestarian dan pengembangan budaya. Pelestarian menjaga yang lalu dan pengembangan membuat yang baru.
Selain membahas potensi desa, Anies pun menjelaskan bagaimana desa menjadi pertahanan lingkungan dan menjadi paru-paru Indonesia karena kerusakan lingkungan banyak terjadi di kota.
Anies Baswedan mengatakan desa tidak bisa sendirian dalam mengatasi masalah tersebut. Diperlukan peran negara. “Negara harus melakukan intervensi menyelamatkan agar desa tumbuh, berkembang, bertahan, dan bisa menjadi penopang” ujar Anies Baswedan saat berpidato.
Rakornas yang dihadiri Kepala desa dari berbagai penjuru Indonesia, yang berjumlah lebih dari 5.000 orang tersebut termanggut-manggut tanda setuju atas apa yang disampaikan mantan Gubernur Jakarta tersebut.
Selain itu, Anies memberikan komentar kepada relawan perempuan yang hadir di acara APDESI itu. Anies melihat banyaknya perempuan yang hadir menunjukan APDESI semakin inklusif dan peduli dengan kesetaraan gender.
Perbedaan mencolok antara pidato Prabowo dengan Anies Baswedan adalah Prabowo lebih banyak berbicara tentang potensi dan pemanfatannya sedangkan Anies Baaswedan selain membicarakan potensi desa juga banyak mengidentifikasi persoalan mendasar di desa dan bagaimana memproyeksikan tujuan dan langkah-langkah penanganan masalah melalui gagasan-gagasannya.
Kehadiran para relawan perempuan dan interaksinya dalam RAKORNAS APDESI akan memberikan kesempatan lebih untuk memperkuat peran pemberdayaan perempuan, khususnya di tingkat desa. Dengan melibatkan perempuan secara aktif, potensi dan kontribusi mereka dapat diaktualisasikan, yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi kemajuan dan stabilitas bangsa.
Sebagai calon pemimpin, Anies Baswedan dengan tepat menjadikan Rakornas APDESI sebagai forum untuk merangkul semua kalangan masyarakat, menghargai peran perempuan, dan mendengarkan setiap suara dalam upaya mencapai kemajuan yang berkelanjutan. Akhirnya, kehadiran Anies Baswedan dan Prabowo Subianto dengan para kepala desa dan relawan di Rakornas APDESI merupakan langkah yang baik dan tepat dalam menggali aspirasi masyarakat tingkat desa.
Dengan mendengarkan dan merespons harapan mereka, para Kandidat Capres dapat memperkuat visi yang diusungnya dan menerjemahkannya menjadi kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan manfaat nyata bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk di daerah-daerah pedesaan. Sayangnya, Ganjar tidak hadir sehingga komitmennya terhadap pembangunan desa belum sejelas kandidat lainnya. Sayang sekali!
Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP (Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta dan CEO Narasi Institute)