FAKTA.COM, Jakarta – Sebagian besar pendapatan kelas menengah digunakan untuk kebutuhan primer. Bahkan, persentasenya semakin meningkat. Fakta tersebut tertuang dalam hasil survei Katadata Insight Center (KIC) yang dipaparkan dalam acara “IDE Katadata 2025: Data for Growth” di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Berdasarkan survei tersebut, kelas menengah menggunakan 60 persen pendapatannya untuk kebutuhan pokok dan pembayaran cicilan. Di samping itu, persentasenya terhadap total pengeluaran terus meningkat. Sementara itu, belanja untuk barang tahan lama cenderung menurun.
Direktur Riset Katadata Insight Center, Gundy Cahyadi mengungkap bahwa menurunnya belanja untuk bahan tahan lama mengindikasikan adanya tekanan pada daya beli masyarakat, termasuk pada kelas menengah.
“Kondisi ini menggambarkan kerentanan mereka terhadap guncangan ekonomi, seperti inflasi atau kenaikan biaya hidup, yang dapat semakin mempersempit sisa pendapatan mereka,” ujar Gundy.
Temuan KIC pun sejalan dengan rilis survei keyakinan konsumen Bank Indonesia (BI). Dapat dilihat dari data di atas bahwa indeks pembelian barang tahan lama masyarakat Indonesia mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengurangi konsumsinya untuk membeli barang tahan lama.
Indikator lain yang menunjukkan tekanan pada daya beli masyarakat dapat dilihat dari rendahnya catatan inflasi bulan lalu. Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat.
Seperti diketahui, Januari ini, tingkat inflasi di Tanah Air tercatat cenderung rendah. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi pada periode tersebut hanya sebesar 0,76 persen secara tahunan (yoy). Atas catatan tersebut, Indeks Harga Konsumen (IHK) terkontraksi sebesar 1,17 persen. Bahkan, catatan inflasi ini termasuk yang paling rendah sejak lebih dari dua dekade terakhir.
“Tren ini bukan hanya mencerminkan sekedar deflasi harga, tetapi juga menandakan lemahnya permintaan domestik,” kata Achmad dalam rilis yang diterima Fakta.com, Selasa (4/2/2025).
Menanggapi persoalan tersebut, Achmad mendorong pemerintah untuk segera melakukan intervensi dengan memberikan insentif kepada masyarakat, terutama kelas menengah. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mampu mendongkrak daya beli masyarakat.
“Jika tidak diatasi dengan serius, penurunan daya beli ini bisa berujung pada perlambatan ekonomi yang lebih dalam, yang akan berdampak buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam jangka panjang,” pungkas Achmad.
Sumber: fakta.com