Harga cabai rawit merah di beberapa wilayah di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Di Jakarta, pasokan cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati mengalami penurunan sekitar 6%, yang menyebabkan harga cabai rawit merah di Jakarta menembus Rp77.460 per kg. Untuk mengatasi masalah ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah melakukan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dari daerah surplus ke daerah defisit.

Sementara itu, di Lumajang, harga cabai rawit merah naik hingga 128%, dengan harga per kg mencapai Rp80 ribu dari sebelumnya Rp35 ribu. Penyebab utama kenaikan harga ini adalah minimnya pasokan cabai dari petani akibat kemarau panjang. Kemarau panjang menyebabkan tanaman cabai petani banyak yang rusak dan mati. Di Sumatera Utara, harga cabai rawit juga mengalami kenaikan tinggi, dengan harga termahal ada di Labuhanbatu Selatan mencapai Rp65 ribu per kg. Kenaikan harga cabai rawit ini dipicu oleh cuaca buruk yang menyebabkan pendistribusian komoditi dari sentra produksi ke pasar besar terganggu.

Di Cirebon, harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp100 ribu per kg, dan ini disebabkan oleh pengaruh musim kemarau. Kekeringan akibat musim kemarau menyebabkan hasil panen tidak maksimal, yang berdampak pada berkurangnya pasokan dan kenaikan harga di pasar tradisional. Di Berau, Kalimantan Timur, harga cabai rawit melonjak hingga Rp110.000 per kg, naik hampir 50% dari harga sebelumnya yang sekitar Rp60.000 per kg. Ini juga dipicu oleh dampak kemarau yang panjang.

Kenaikan harga cabai rawit ini sangat memberatkan para konsumen, terutama para ibu rumah tangga, yang harus membatasi pembelian cabai rawit karena harga yang melambung tinggi. Selain itu, kenaikan harga cabai rawit juga menyebabkan penurunan omset para pedagang cabai, karena banyak konsumen yang mengurangi pembelian. Para pedagang dan konsumen berharap pemerintah dapat menstabilkan harga cabai dan mengatasi masalah pasokan cabai di pasar.

Cabe rawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu bahan bumbu utama dalam berbagai jenis masakan, cabe rawit menjadi kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Namun, kenaikan harga cabe rawit yang kerap terjadi telah menjadi persoalan yang serius dan perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.

Kenaikan harga cabe rawit yang kini terjadi bukanlah suatu kejadian baru. Hal ini telah berulang kali terjadi, dan setiap kali terjadi, masyarakat, khususnya para penjual makanan yang menggunakan cabe rawit sebagai bahan bumbu utama, harus menanggung beban biaya ekonomi yang semakin meningkat. Tentunya, kondisi ini sangat memberatkan, terlebih di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi.

Salah satu persoalan yang perlu diperhatikan adalah lemahnya rantai pasokan bahan baku cabe rawit. Dengan adanya Badan Pangan Nasional (BAPANAS), seharusnya kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sebelumnya dan mencari solusi permanen untuk mengatasi masalah ini. Namun, hingga kini, rantai pasokan bahan baku cabe rawit belum juga mengalami perbaikan yang signifikan.

Mengenai hal ini, pemerintah harus berperan aktif dan serius dalam mengatasi masalah ini. Kementerian Ekonomi harus berinisiatif membangun rantai pasokan makanan yang lebih kuat dan efisien, sehingga masalah kenaikan harga cabe rawit dapat diatasi dengan lebih baik. Harus ada program untuk penguatan cabe yang lebih baik. Program ini dapat melibatkan pihak-pihak terkait, seperti petani, distributor, hingga pedagang, untuk menciptakan sistem pasokan yang lebih efektif dan efisien.

Publik tentu sangat berhadap adanya program yang lebih baik dan secara kongkret di implementasikan, diharapkan rantai pasokan cabe rawit dapat diperbaiki, sehingga masalah kenaikan harga cabe rawit dapat diatasi dengan baik. Selain itu, program ini juga dapat memberikan manfaat bagi para petani cabe rawit, karena dengan adanya sistem pasokan yang lebih baik, petani dapat menjual hasil panennya dengan harga yang lebih baik.

Tentunya, hal ini akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat dan negara secara keseluruhan. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah mengambil langkah konkret dalam mengatasi masalah ini, demi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.

Oleh Achmad Nur Hidayat, MPP. (Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta dan CEO Narasi Institute)