Ketika membicarakan dinamika geopolitik global saat ini, sulit untuk mengabaikan keberadaan BRICS – kumpulan negara-negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Kekuatan gabungan mereka dalam ekonomi global tak dapat dipungkiri. Namun, bagi Indonesia, sebuah negara dengan potensi luar biasa dan peran kunci di kawasan Asia Tenggara.

Penting untuk menimbang dengan cermat setiap langkah strategis dalam hubungan internasionalnya, termasuk pertimbangan untuk bergabung dengan BRICS.

Pertama, kita harus mempertahankan fokus kita pada komitmen regional, khususnya dalam memajukan integrasi ASEAN.

Sebagai negara pendiri ASEAN, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesejahteraan dan stabilitas kawasan.

Bergabung dengan BRICS mungkin akan mengalihkan sebagian perhatian dan sumber daya kita dari komitmen ini.

Kedua, prinsip “Bebas Aktif” yang telah lama menjadi landasan kebijakan luar negeri kita menekankan pentingnya Indonesia memiliki posisi yang netral dan mandiri.

Menjadi bagian dari blok geopolitik besar seperti BRICS mungkin akan menantang prinsip ini, mengharuskan kita untuk memilih sisi dalam konflik global atau regional yang mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan nasional kita.

Ketiga, walaupun BRICS memiliki daya tawar ekonomi yang kuat, keanggotaannya mencakup negara-negara dengan sistem politik, nilai, dan prioritas yang berbeda-beda.

Sebagai negara demokrasi, Indonesia harus mempertimbangkan apakah kita siap untuk berkomitmen pada blok yang memiliki anggota dengan catatan hak asasi manusia yang bervariasi.

Sebagai kesimpulan, sementara kerja sama bilateral dengan negara-negara BRICS tentu saja penting dan menguntungkan bagi Indonesia.

Kita harus berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam mempertimbangkan untuk bergabung dengan BRICS.

Keputusan semacam itu harus didasarkan pada analisis mendalam tentang manfaat jangka panjang dan potensi risiko bagi kepentingan nasional kita.

Sumber: infofinansial.com