Jakarta —— Kebijakan tarif impor resiprokal, yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada April 2025 telah mengungkap adanya kelemahan besar dalam solidaritas negara-negara ASEAN.
ASEAN seharusnya bisa tampil sebagai blok ekonomi yang kuat dan bersatu, di tengah ancaman perdagangan yang datang. Namun kenyataan, yang terjadi di lapangan justru jauh dari harapan.
“Alih-alih menunjukkan kekompakan, negara-negara ASEAN terpecah, masing-masing mencoba untuk menyelesaikan masalahnya sendiri-sendiri melalui pendekatan bilateral dengan AS,” ucap Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (26/4/2025).
Seperti halnya Vietnam dan Kamboja yang sangat terdampak oleh tarif 46 persen, lebih memilih untuk bernegosiasi langsung dengan AS demi mengurangi dampaknya.
Sementara negara-negara lain seperti Malaysia, berusaha menggalang sikap bersama dalam kerangka ASEAN, namun upaya ini justru terisolasi.
Achmad mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN, seharusnya bisa mengambil peran yang lebih proaktif dalam menggalang solidaritas kawasan.
“Namun, keheningan diplomasi Indonesia, yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto dan Sri Mulyani, menandakan kurangnya pemanfaatan kekuatan kolektif ASEAN dalam menghadapi kebijakan proteksionis dari AS,” ujarnya.
“Padahal, dengan memanfaatkan ASEAN sebagai alat diplomatik, Indonesia seharusnya bisa memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui solidaritas kawasan,” sambungnya.
Dia menjelaskan, ASEAN sebagai blok ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan PDB kolektif mencapai USD3,3 triliun, seharusnya bisa lebih dari sekadar forum diskusi. ASEAN harus bisa menunjukkan kesolidan dalam menyusun respons kolektif terhadap kebijakan tarif AS.
“Misalnya, ASEAN bisa mengancam untuk membatasi akses pasar bagi AS atau meninjau ulang investasi AS di kawasan ini,” ujarnya.
Selain itu, ASEAN bisa memperkuat posisinya dengan melobi di WTO untuk menggugat tarif AS melalui mekanisme yang sama seperti yang digunakan oleh Uni Eropa terkait tarif baru Trump. Tanpa adanya koordinasi yang solid antara negara-negara ASEAN, upaya ini akan mudah dipatahkan oleh AS.
“Terakhir, ASEAN juga seharusnya memanfaatkan kemitraan ekonomi komprehensif regional (RCEP) untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan mengurangi ketergantungan pada pasar AS,” ungkapnya.
sumber: akurat.co