Ekonom UPN Veteran-Jakarta, Achmad Nur Hidayat (ANH) mempertanyakan narasi pesimisme yang diletupkan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati (SMI) terkait peluang terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS).

“Pernyataan menkeu mengenai dampak kemenangan Trump terhadap harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah, menunjukkan sesuatu yang kesannya SMI pesimis dengan Trump. Seharusnya enggak begitu. Dia harusnya memaparkan bagaimana strategi Indonesia mengantisipasi risiko kebijakan proteksionisme dan energi yang mungkin diterapkan Trump,” kata Matnur, sapaan akrabnya, Jakarta, Senin (11/11/2024).

Padahal, kata dia, cukup banyak strategi yang bisa dikembangkan Indonesia untuk mengantisipasi perubahan kebijakan ekonomi global jika Trump benar-benar menjadi presiden AS.

Misalnya, kebijakan energi Trump cenderung mendukung peningkatan produksiminyak domestik dan relaksasi aturan lingkungan. Ini berpotensi meningkatkan pasokan minyak AS dalam jumlah signifikan.

“Dalam konteks ini, harga minyak dunia bisa turun akibat bertambahnya pasokan dari produsen besar seperti AS yang berdampak besar bagi negara pengimpor minyak seperti Indonesia,” terangnya.

Jika harga minyak turun, kata Matnur, memang menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara pengimpor. Namun, volatilitas ini juga bisa memengaruhi stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

Di sisi lain, lanjut Matnur, kemenangan Trump dapat memperkuat sentimen positif terhadap dolar AS, yang kemudian menekan nilai tukar rupiah dan menjadi tantangan yang perlu diantisipasi Indonesia.

“Meski depresiasi rupiah di bawah tekanan dolar mungkin tidak lebih buruk dibandingkan mata uang lain, Indonesia tetap harus waspada terhadap potensi volatilitas ini,” ungkapnya.

Potensi fluktuasi nilai tukar dala rentang yang cukup tinggi ini, kata dia, bisa berdampak kepada fiskal negara. Terutama menyangkut pembiayaan yakni defisitnya anggaran.

“Selain dampak langsung terhadap harga minyak dan nilai tukar, yang lebih penting untuk diperhatikan adalah tantangan dalam pembiayaan defisit melalui global bond,” tuturnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengingatkan kemenangan Trump bisa memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia. Mulai soal potensi turunnya harga minyak dunia yang dipengaruhi kebijakan ekonomi Trump, hingga penguatan dolar AS.

Sepanjang Oktober 2024, nilai tukar (kurs) dolar AS terhadap mata uang Garuda berada di level Rp15.200/US$. “Overall nilai tukar kita mengalami koreksi 2,68 persen. Kalau dibandingkan dengan banyak negara-negara yang lain, baik negara G7 maupun G20, Indonesia relatif masih cukup baik dari sisi nilai tukar,” kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2024).

Kanada, misalnya, mengalami depresiasi mata uang hingga 4,46 persen, Filipina terdepresiasi 5,69 persen, atau Korea Selatan yang mata uangnya turun 6,79 persen. “Namun, kemarin sebetulnya sampai dengan Oktober mengalami penurunan yang cukup baik,” imbuh Sri Mulyani.

Terpilihnya Trump yang berasal dari Partai Republik, diperkirakan bakal mengubah kebijakan moneter AS dalam skala besar. Hal ini berpotensi menimbulkan reaksi sesaat, atau langsung dari pelaku pasar.

Beberapa hal yang diwaspadai adalah soal dampak kebijakan penurunan pajak korporasi. Namun, pada saat yang sama, ekspansi belanja akan terjadi seiring dengan kemenangan Trump.

“Kenaikan-kenaikan dari tarif impor terhadap negara-negara yang berdagang dengan Amerika terutama terhadap RRT (China) juga diantisipasi. Kemudian, antisipasi terhadap bagaimana dampak terhadap masalah keamanan dan perang di berbagai kawasan di dunia,” sambung Sri Mulyani.

Sumber: www.inilah.com