JAKARTA, DISWAY.ID– Keberlanjutan mega proyek lumbung pangan nasional atau Food Estate saat ini tengah menjadi perdebatan.
Pasalnya, keputusan untuk memindahkan proyek tersebut dari Kalimantan ke Merauke, Papua tidak dinilai sebagai solusi yang efektif. Terutama, ketika berkaca dari kegagalan penerapan proyek Food Estate di Kalimantan.
Dilansir dari laporan Kementerian Pertanian (Kementan), proyek food estate di Kalimantan Tengah, yang diluncurkan pada 2020, hanya mencapai 23 persen dari target produksi yang diharapkan.
Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan ini, termasuk tanah yang tidak cocok dan kurangnya teknologi pertanian yang tepat untuk lahan marginal.
Menurut Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jakarta, Achmad Nur Hidayat, pengalaman proyek serupa di Kalimantan yang gagal memberikan hasil optimal menunjukkan bahwa food estate bukan solusi instan.
“Ketahanan pangan memerlukan pendekatan yang lebih menyeluruh, termasuk diversifikasi sumber pangan, modernisasi pertanian skala kecil, dan investasi dalam teknologi pertanian yang sesuai dengan karakteristik lokal, bukan hanya cetak sawah massal,” jelas Achmad saat dihubungi oleh Disway pada Jumat 27 September 2024.
Menurut Achmad, pengalaman Kalimantan seharusnya menjadi pengingat bahwa tanpa pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lokal, proyek food estate di Papua bisa mengalami nasib serupa.
“Ketergantungan pada skala besar tanpa pertimbangan diversifikasi dan teknologi modern yang sesuai untuk kondisi lokal cenderung kurang efektif dalam jangka panjang,” pungkas Achmad.
Selain itu, Achmad menambahkan bahwa Papua juga merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Oleh karena itulah, proyek skala besar seperti food estate berpoteensi menyebabkan deforestasi dan kerusakan ekosistem lokal jika tidak dilakukan dengan hati-hati.
“Hal ini akan berdampak panjang terhadap keseimbangan ekologis di Papua, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi sumber daya alam lainnya, termasuk perikanan dan kehutanan. Pemindahkan food estate ke Papua mungkin dapat menyelesaikan masalah lahan di Kalimantan, tetapi akan membuka tantangan baru yang lebih besar,” tegas Achmad.
Oleh karena itulah, Achmad menambahkan bahwa akan lebih bijak untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan dan terintegrasi, yang mempertimbangkan semua faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan secara menyeluruh, bukan melakukan food estate dengan skala industri yang jauh dari pelibatan masyarakat kecil.
Sumber: disway.id