”Sesungguhnya banyak rakyat yang belum merdeka, bahkan jadi budak belian bangsa asing”
Anggaran biaya penyelenggaraan upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2024 akan membengkak. Hal ini terjadi karena upacara tersebut digelar di dua tempat, yakni di Jakarta dan Ibu Kota Nusantara.
Selain biaya penyelenggaraan upacara, juga ada masalah keterbatasan sarana transportasi untuk para tamu undangan dan yang pihak-pihak terkait pelaksanaan peringatan proklamasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang membutuhkan biaya tidak sedikit.
Perayaan di IKN terlalu ambisius dan menghamburkan uang negara, demikian menurut pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, (Kompas 7/8/2024).
Selama ini rakyat tidak pernah tahu siapa yang menentukan besaran biaya segala macam penyelenggaraan upacara yang dibiayai negara.
Apa ada tim khusus atau hanya ditentukan oleh mereka yang berkuasa, diadakan sesukanya, atau telah melalui kajian akademik?
Mengapa hal ini patut dipertanyakan, hal ini mengingat keadaan ekonomi rakyat menengah-bawah yang masih susah sehingga kesederhanaan upacara merupakan keniscayaan, menunjukkan sikap berbela rasa (compassion).
Lagi pula, merayakan HUT Kemerdekaan tidak sekadar bersukaria, tetapi juga saat merenung tentang bagaimana sikap kita dalam melanjutkan perjuangan kemerdekaan dan membalas kebaikan rakyat?
Bukankah pada masa perjuangan rakyat juga berkorban, memberi makan, menyembunyikan, melindungi, dan mengobati para pejuang kemerdekaan. Mengambil risiko menjadi mata-mata dan kurir perang kemerdekaan.
Sesungguhnya banyak rakyat yang belum merdeka, bahkan jadi budak belian bangsa asing. Tanah-tanah adat dan sumber daya alam dijarah bangsa lain. Kiranya masih banyak penderitaan yang dialami rakyat kecil.
Namun, yang patut dikasihani adalah para elite yang juga belum merdeka, merdeka dari hawa nafsunya.
Selamat merayakan HUT Kemerdekaan Ke-79 RI
Sumber: kompas.id