Miris dan Ironi itulah kata yang paling tepat menggambarkan berbagai info yang terungkap pasca kasus penganiayaan oleh Mario Dandy, anak Rafael Alun, seorang pejabat pajak yang diduga memiliki harta tidak wajar. Peristiwa tersebut kemudian merembet berbagai hal terkait gaya hidup para pejabat pajak.
Rafael Alun sendiri kemudian diberhentikan dari posisinya langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Hartanya yang berjumlah Rp56 miliar, hanya selisih Rp2 miliar dari harta Menkeu Sri Mulyani menjadi perhatian oleh publik.
Ketidakwajaran harta yang dimiliki Rafael, gaya hidup pamer harta oleh sang anak menjadi perbincangan hangat oleh publik. Tidak berhenti sampai disitu ternyata istri Rafael Alun, Ernie Meike Torondek pun memiliki gaya hidup ibu-ibu sosialita yang mewah dan rajin pamer di akun sosial medianya.
Setelah kasus ini mencuat akun sosial media Ernie ditutup, semua postingannya dihapus. Tetapi netizen sudah memiliki tangkapan-tangkapan layar dari akun sosial media Ernie.
Perhatian netizen tidak hanya berhenti pada gaya hidup keluarga Rafael saja sebagai pejabat pajak. Terbaru Dirjen Pajak Suryo Utomo juga disorot netizen, foto dia mengendarai dan memimpin serombongan pengendara Moge juga ramai dibicarakan di lini masa. Menkeu Sri Mulyani juga kembali bicara terkait hal tersebut.
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Suryo Utomo diketahui memiliki harta Rp 14,4 miliar. Suryo Utomo menjadi viral setelah beredar fotonya mengendarai motor gede (moge) bersama klub BlastingRijder DJP, komunitas pegawai pajak yang menyukai naik motor besar (Moge). Dimana Klub motor Moge tersebut akhirnya diminta oleh MenKeu Sri Mulyani untuk dibubarkan.
Ada yang Salah Reformasi Birokrasi Pajak?
Melihat berbagai kasus yang terjadi di Ditjen Pajak, maka dapat kita ambil satu kesimpulan ada yang salah dengan reformasi birokrasi perpajakan di Indonesia. Para pejabat pajak yang mendapat income puluhan juta rupiah bahkan ada yang di atas Rp100 juta tapi selalu mengatakan defisit penerimaan pajak.
Belum lagi mental dan gaya hidup para pejabat pajak yang mewah dan jauh dari kepatutan semakin mengindikasikan gagalnya reformasi birokrasi di birokrasi perpajakan kita. Bagaimana kita bisa berharap para pegawai pajak bisa baik sikap mentalnya, semntara Dirjen Pajak beserta jajarannya justru malah mempertontonkan kendaraan mewah Moge yang dikendarai bersama sama. Sedangkan para pembayar pajak adalah masyarakat awam yang untuk makan sehari-hari saja sulit.
Ini membuktikan Menteri Keuangan Sri Mulyani gagal dalam memimpin reformasi birokrasi dan sikap mental para pejabat pajak. Sri Mulyani baru bersuara mengecam sikap pegawai pajak setelah kasus Mario mencuat dan menyeret para pejabat pajak lainnya. Apakah sebelumnya Sri Mulyani tidak tahu apa yang terjadi di Direktorat Jenderal Pajak (DJP)?
Reformasi birokrasi dan revolusi mental yang didengungkan pemerintah selama ini ternyata hanya jadi ‘pepesan kosong’ belaka. Para Pejabat hidup dengan gaji yang fantastis, fasilitas yang mewah, sementara banyak warga masyarakat yang untuk makan sehari-hari saja sulit. Maka jangan salahkan masyarakat jika nanti masyarakat enggan untuk membayar pajak, karena para pejabat pajak dianggap justru memanfaatkan uang pajak untuk kemewahan hidup pribadi dan keluarga mereka semata.
Menteri Keuangan Sri Mulyani harus meminta maaf terhadap seluruh rakyat Indonesia. Sri Mulyani yang menjabat Menteri Keuangan beberapa periode di masa kekuasaan presiden SBY dan Jokowi, terbukti gagal dalam membangun sikap mental para pegawai pajak.
Jika sekarang Sri Mulyani berteriak kencang atas gaya hidup orang orang pajak setelah netizen bersuara, lalu selama ini mengapa beliau sama sekali tidak bersuara atas laporan laporan LHKPN anak buahnya dan gaya hidup mereka yang dipamerkan di medsos belakangan ini?
Sumber: neraca.co.id