Pada 20 Februari 2023, kemarin, perang Ukraina-Rusia genap sudah setahun berkecamuk. Pihak Uni Eropa malah memasang ‘mode perang mendesak’. Hal ini menunjukan bahwa penyelesaian perang dan pintu perdamaian semakin jauh dari harapan.
Bagaimana masa depan perang Ukraina-Rusia, Akankah terakselerasi ke Polandia dan Negara Uni Eropa lainnya?
Josep Borrell mengklaim perang di Ukraina akan berakhir, ketika blok NATO menyelesaikan kekurangan amunisi. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell telah menyerukan lebih banyak senjata untuk Ukraina dan pengiriman amunisi yang lebih cepat. Kata-katanya datang di tengah janji-janji Barat tentang pengiriman persenjataan baru untuk Kiev dan meningkatnya kekurangan stok bloknya sendiri.
“Kami berada dalam mode perang yang mendesak,” kata Borrell belum lama ini saat hari terakhir Konferensi Keamanan Munich. Dia menambahkan bahwa konflik akan berakhir jika kekurangan amunisi tidak diselesaikan dalam hitungan minggu.
Diplomat itu mengeluhkan menipisnya persediaan Eropa, mengklaim bahwa NATO “melupakan perang klasik .. hanya terlibat dalam pasukan ekspedisi dan teknologi Blitzkrieg.”
Dia pun mengumumkan bahwa para menteri pertahanan UE akan mengadakan pertemuan khusus pada 8-9 Maret untuk mencoba menyelesaikan masalah ini.
Kelihatannya para menteri pertahanan Uni Eropa akan bersepakat memberikan lebih banyak bantuan Dana kepada Ukraina. Bantuan dana tersebut termasuk didalamnya pembelian alat-alat perang yang masif.
Borrell mengatakan bahwa dia akan mempresentasikan gagasan untuk menggunakan 3,6 miliar euro ($3,6 miliar) dari Fasilitas Perdamaian Eropa untuk bersama-sama membeli amunisi untuk Kiev, menggunakan pengalaman UE dalam pengadaan bersama vaksin Covid-19.
Hentikan Perang dengan Perang
Publik dunia akan membayangkan bagaimana bila miliaran AS dollar dalam waktu dekat akan dikonversi menjadi sistem pertahanan Ukraina yang canggih.
Dunia barat makin menyatukan tekadnya untuk menghentikan perang Ukraina-Rusia hanya melalui cara perang yang berdarah dan menciptakan tragedi kemanusiaan yang mengerikan.
Langkah dunia barat terlihat tidak bijaksana, sementara langkah Rusia juga memperkeruh proses perdamaian dengan terus menerus membordir kota-kota di Ukraina.
Borrell sendiri telah mewaspadai kekurangan amunisi pada bulan September, dengan mengatakan persediaan “habis”.
Penilaian ini juga digaungkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, yang memperingatkan bahwa negara-negara Aliansi kehabisan amunisi yang dapat mereka sumbangkan untuk upaya perang Kiev.
Beberapa negara UE dan AS telah berjanji untuk mengirim tank modern buatan Barat ke Ukraina; Namun, prosesnya akan memakan waktu berbulan-bulan tanpa jadwal yang jelas.
Inggris dan Prancis juga mempertimbangkan untuk mengirim jet tempur ke Kiev, dengan London sudah melatih pilotnya. Namun, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan awal bulan ini bahwa mengirim pesawat tempur bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.
Saling Menahan Diri
Menggunakan kacamata perlombaaan bantuan perang untuk Ukraina dalam menyelesaikan konflik adalah cara berfikir yang aneh. Bukannya meredakan konflik, upaya tersebut malah akan memperpanjang konflik.
Narasi petinggi Uni Eropa baik disampikan oleh Josep Borrel maupun Jens Stoltenberg malah memperkeruh suasana. Apakah petinggi Uni Eropa tersebut tidak memikirkan dampaknya kepada rakyat Ukraina dan Kehancuran total kota-kota di Ukraina?
Publik dunia menyakini bahwa pengiriman senjata ke Kiev tidak akan menghentikan Rusia mencapai tujuan operasi militer mereka, tetapi justru akan “memperpanjang penderitaan” untuk Ukraina.
Melihat situasi yang seperti ini, sepertinya dunia pesimis setelah 1 tahun konflik Ukraina-Rusia akan mereda. Sesungguhnya yang akan terjadi konflik tersebut akan berkepanjangan.
Oleh : Achmad Nur Hidayat (CEO Narasi Institute, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta)
Sumber: bisnistoday.co.id