Jum’at, 20 Januari 2023
Warta Ekonomi, Jakarta – Achmad Nur Hidayat selaku Pakar Kebijakan Publik mengatakan situasi keamanan di Papua dan Morowali, Sulawesi Tengah kini sedang bergejolak.
Bukan tanpa alasan, Achmad mengatakan kejadian pertama adalah rumah Dinas Kapolda Papua di Jayapura yang habis terbakar, sedangkan di Morowali adanya bentrokan antar pekerja TKA dan TKI berujung rusuh dan pengrusakan fasilitas perusahaan dimana 2 orang dikabarkan tewas atas insiden tersebut.
Diketahui, terbakarnya Rumah Dinas Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri yang terletak di Distrik Jayapura Utara, Jayapura, ludes terbakar, pada Selasa (17/1) pagi. Dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa.
Dalam keterangan kepolisian kejadian tersebut terjadi akibat adanya arus pendek listrik.
“Meskipun memang dugaan kuat kejadian tersebut ada kaitannya dengan penangkapan Gubernur Papua Lukas Enembe,” kata Achmad melalui keterangan tertulisnya, Jumat (20/01/23).
“Karena terasa janggal rasanya jika rumah dinas seorang Kapolda dengan penjagaan yang sangat ketat terbakar akibat adanya konsleting listrik,” tambah dia.
Ini menunjukkan situasi keamanan di Papua menurut Achmad semakin tidak kondusif pasca ditangkapnya Lukas Enembe.
Kemudian kata dia, terjadinya bentrokan di PT GNI, Morowali Sulawesi Tengah antara pekerja Indonesia dengan Tenaga Kerja Asing yang menewaskan 2 orang pekerja mengindikasikan ada permasalahan serius.
“Informasi nya bentrokan itu sendiri terjadi akibat adanya ketidakadilan upah buruh domestik disana dan ketika mereka ingin berdemonstrasi menuntut kenaikan upah dan beberapa tuntutan lainnya mereka justru di serang oleh TKA dari China sampai kemudian menimbulkan korban jiwa,” kata dia.
“Dan lagi lagi pertanyaan yang muncul dengan apa yang terjadi di Morowali adalah dimana peran negara berada ? negara harus hadir menciptakan keamanan dan kenyamanan untuk semua?” tambahnya.
Apa yang terjadi baik di Papua maupun di Morowali menurut Achmad menunjukkan bahwa seolah negara tak berdaya bahkan tak hadir di tengah tengah masyarakatnya.
“Elite-elite di pusat seolah sibuk dengan agenda agenda politik di 2024 sementara mereka terlihat abai dengan situasi yang terjadi di bawah,” kata dia.
“Ketidakadilan yang terjadi, ketimpangan, ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat negara semakin membuat situasi di negeri ini memasuki tahun tahun politik ke depan menjadi semakin suram,” jelasnya.
Ia menambahkan, instabilitas politik yang ada jika tidak direspon secara baik oleh otoritas yang ada saat ini maka akan membuat situasi negeri ini menjadi semakin kacau.
“Apalagi jika otoritas yang sedang berkuasa justru mengajarkan etika politik yang buruk seperti mencoba coba untuk merubah konstitusi yang ada dengan ingin menambah masa jabatan presiden menjadi tiga Periode semakin suramlah masa depan Republik ini,” tutupnya.
Sumber: wartaekonomi.co.id