Jakarta, Ruangenergi.com – Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM non subsidi kemarin merupakan respons cepat atas turunnya harga minyak dunia. Meski dinilai baik, namun ada catatan yang perlu dicermati.
Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik, Achmad Nur Hidayat mengatakan, penyesuaian harga BBM non subsidi ini memberikan kesan bahwa pemerintah tidak memperhatikan masyarakat yang mengeluhkan BBM bersubsidi yang harganya mahal.
“Pemerintah harusnya mempertimbangkan dampak atau multiplayer effect yang mana yang lebih baik bagi masyarakat banyak. Jika melihat jumlah pengguna BBM non subsidi tentunya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pengguna BBM bersubsidi banyak dikonsumsi oleh masyarakat kalangan bawah,” papar Achmad Nur Hidayat dalam keterangannya, Rabu (4/1/2023)”
Menurut dia, jika pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi yaitu pertalite ini akan berdampak pada turunnya angka inflasi. Bahkan hal itu akan sangat berdampak terhadap pemulihan ekonomi serta meningkatkan daya beli yang tentu saja sangat membantu meringankan beban masyarakat.
“Pemerintah sepertinya tidak menganggap bahwa harga pertalite ini masih menjadi sebuah persoalan yang harus dicarikan jalan keluar,” ujarnya.
Dengan hanya menurunkan BBM Non subsidi artinya pemerintah ini lebih pro kalangan menengah ke atas atau oligarki. Bukan pro masyarakat kelas bawah yang saat ini masih banyak yang menderita.
“Jika pemerintah peduli dengan kesulitan rakyat tentunya yang diturunkan bukan BBM Non Subsidi seperti Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina DEX melainkan menjadikan turunnya harga minyak dunia ini sebagai momentum yang tepat untuk menurunkan harga Pertalite,” paparnya.
“Sangat disayangkan jika momentum ini tidak dimanfaatkan untuk meringankan beban rakyat karena menurunkan harga pertalite tidak harus dengan menambah beban subsidi,” lanjutnya.
Sumber: ruangenergi.com