DUNIA panik akan gelombang baru XBB Covid-19. Negara maju di Amerika dan Eropa memutuskan menerapkan protokol penerbangan ketat dari China. Hal ini disebabkan terbentuknya gelombang baru omicron Covid-19 yang bernama XBB.
Beberapa penelitian menyatakan ada dua varian XBB 1.5 dan BQ 1.1 yang merupakan varian Omicron terburuk asal China dan sudah menyebar diberbagai kota di dunia seperti di New York, London, Paris, Sidney dan Singapura. Haruskah orang Indonesia khawatir?
Negara seperti Amerika Serikat, Australia, India, Jepang, Canada, Malaysia, Singapura menerapkan penumpang pesawat tes negatif 2 hari sebelum tiba terhitung pada 5 Januari 2023 besok.
Sebelum kemunculan Omicron pada November 2021, hanya ada empat varian yang menjadi konsen yaitu: Alpha, Beta, Delta, dan Gamma.
Hanya Alpha dan Delta yang menyebabkan lonjakan infeksi secara global. Tapi Omicron telah melahirkan banyak keturunan, banyak di antaranya telah muncul di berbagai wilayah di dunia dengan membawa beberapa mutasi yang aneh.
Berbeda dengan negara-negara tersebut, Indonesia memilih tidak peduli terkait varian XBB tersebut.
Meski diakui varian XBB sudah masuk di Indonesia sejak 10 Oktober 2022 oleh Jurubicara Kementerian Luar Negeri Mohammad Syahril sebagaimana dikutip kantor berita antara.
Indonesia memilih mencabut PPKM pada 30 Desember 2022 kemarin. Langkah ini diambil karena varian Covid-19 sudah tidak membahayakan lagi keselamatan jiwa manusia.
Bahkan Presiden Jokowi datang ke Blok A Tanah Abang Jakarta pada 2 Jan 2023 tanpa masker percaya diri karena Covid sudah benar-benar tidak berbahaya.
Tindakan Nekat dan Berbahaya
Tindakan Presiden ini adalah tindakan yang nekat dan berbahaya. Mungkin benar resiko ditanggung sendiri oleh Presiden. Namun rakyat tidak boleh diajarkan tindakan nekat seperti itu oleh pemimpinnya.
Disaat negara-negara ekonomi maju ingin menunda transmisi varian baru XBB, Indonesia malah memilih arah yang berbeda.
Apa yang dilakukan Indonesia seperti gambling yang nekat dan berbahaya. Public Health Policy Indonesia didesain secara serampangan bukan oleh pakar epidemologi melainkan para politisi yang dekat dengan konglomerat ekonomi. kebijakan kesehatan Indonesia tersebut amat jauh berbeda dengan dinegara-negara lain.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bergerak cepat melakukan pengawasan virus genomik secara ketat dan massal.
Amerika memperluas program Traveler-base Genomic Surveillance atau TGS, yang dapat mendeteksi dan mengkarakterisasi varian baru virus penyebab Covid-19 melalui pengambilan sampel menggunakan penyeka hidung yang dilakukan kepada para pelancong di bandara internasional utama AS, dan mengujinya untuk virus corona.
Indonesia Perlu Pengawasan Genom yang Lebih Baik
Jika virus corona terdeteksi, genom virus diurutkan untuk mengidentifikasi varian baru. Sampel disimpan anonim.
TGS ini diterapkan di tujuh bandara, mencakup 500 penerbangan dari setidaknya 30 negara, termasuk sekitar 290 penerbangan mingguan dari China dan sekitarnya. Dan sekitar 80.000 wisatawan berpartisipasi dari November 2021 hingga Desember 2022.
Upaya ini semakin diperluas menjadi sistem radar nasional dan akhirnya global yang mengawasi munculnya virus dan bakteri di Amerika Serikat.
Indonesia tidak memiliki pengawasan genom virus yang massal melainkan hanya sampel di layanan kesehatan tertentu saja. Selebihnya tidak ada yang namanya pemantauan genom Covid-19.
Indonesia semestinya melakukan hal yang sama untuk dapat mencegah masuknya pendatang dari Cina sebagai upaya memproteksi masyarakat dari virus yang dianggap semakin mengganas ini.
Indonesia perlu memperketat semua pendatang dari China dan khusus pendatang dari negara seperti China, Hongkong dan Taiwan perlu ada pemeriksaaan genom lanjutan dan semua pendatang tersebut genom sampelnya di simpan dalam Genom Bank.
Ini perlu dilakukan untuk mengembangan kehati-hatian pandemi masa depan. Patut diingat pandemi telah membunuh ratusan jiwa dan memporakporanda ekonomi Indonesia dan membuat utang Indonesia semakin besar.
Varian baru Covid-19 XBB dan BQ1.1 sudah masuk ke Indonesia sehingga Indonesia harus lebih ekstra melakukan pengawasan penyebaran varian baru ini.
Indonesia Perlu Memperketat Aturan Bandara dan Pelabuhan
Indonesia sering melonggarkan masuknya TKA-TKA China sehingga memperbesar resiko terhadap penyebaran varian-varian baru dari Covid-19 ini.
Indonesia tidak boleh terlalu percaya diri dengan beranggapan bahwa Indonesia mempunyai sistem penanganan covid yang teruji.
Kewaspadaan ini akan lebih mudah jika pintu-pintu masuk ke wilayah NKRI baik itu. melalui bandar udara ataupun pelabuhan-pelabuhan yang diperketat dan pendatang tersebut di data dengan baik.
Achmad Nur Hidayat Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute
Sumber: fusilatnews.com