Rabu, 28 Desember 2022

Warta Ekonomi, Jakarta – Covid-19 dengan berbagai varian baru telah kembali menggila di sejumlah negara. Salah satunya China yang melaporkan sekitar 250 juta jiwa terjangkit virus tersebut.

Ekonom dan pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengatakan kondisi tersebut tentu saja menjadi ancaman berikutnya bagi pertumbuhan ekonomi dunia.

“Cepat atau lambat pandemi ini akan terus menyebar ke berbagai negara seperti yang terjadi sebelumnya,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Warta Ekonomi.

Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan?

Menurut Achmad, situasi ekonomi di Indonesia tidak lepas dari kondisi global, termasuk situasi geopolitik dunia yang tidak kondusif sedikit banyaknya akan berpengaruh kepada Indonesia.

“Terbukti dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang gila-gilaan, peningkatan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang besar-besaran akibat demand ekspor yang rendah dan lain-lain,” terangnya.

Suku bunga pun, kata ekonom Narasi Institute, sedemikian tinggi memukul para pengusaha yang meminjam uang ke bank, hal ini pun menyebabkan orang-orang menahan diri untuk pinjam ke bank. 

Ia menambahkan, pemerintah tampaknya optimis apalagi telah ada laporan mengenai surplus perdagangan yang terjadi akibat windfall dari naiknya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara.

“Dan surplus ini tidak linier dengan kesejahteraan masyarakat karena yang menikmati windfall ini hanya segelintir oligarki,” ujar Achmad.

Achmad pun menerangkan, windfall CPO dan batu bara ini belum tentu akan bertahan lebih lama sehingga jika ini jika harga CPO dan batubara anjlok maka surplus neraca perdagangan tidak terjamin untuk bisa dipertahankan.

“Tapi kenyataannya daya beli masyarakat masih lemah. Resesi sudah mulai terasa terbukti dengan demand terhadap beberapa komoditas seperti tekstil yang menurun yang menyebabkan PHK secara besar-besaran. Tahun depan kemungkinan situasinya akan lebih parah dan lebih diperparah lagi,” tukas dia.

Kondisi resesi ekonomi ini akan membuat banyak perusahaan gulung tikar sehingga kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan dibawah 5% di tahun depan.

Sumber: wartaekonomi.co.id