Sabtu, 26 November 2022
HARIANHALUAN.COM – Menjadi pekerjaan yang diganderungi anak muda zaman sekarang, perusahaan start up malah mem-PHK massal karyawannya.
Tercatat hingga saat ini sudah ada lebih dari 10 perusahaan start up yang mem-PHK karyawannya secara massal.
Teranyar adalah GoTo, perusahaan start up yang telah Go Public dan masuk ke IPO ini mem-PHK 1.300 karyawannya.
Ramainya PHK massal yang dilakukan oleh perusahaan start up mengundang perhatian publik, mengingat hingga saat ini bisnis digitalisasi sedang marak-maraknya. Tetapi kenapa mereka melakukan PHK massal?
Ekonom Achmad Nur Hidayat dalam kanal youtubenya membeberkan alasan yang menyebabkan perusahaan start up mem-PHK karyawannya.
“Adanya inefisiensi di dalam perusahaan start up tersebut di mana inefisiensi ini terjadi karena perusahaan start up ingin merekrut karyawan sebanyak-banyaknya melebihi dari kebutuhan, dengan alasan mereka ini adalah unicorn dan ingin gagah-gagahan,” ujar Achmad Nur Hidayat.
“Inefesiensi yang kedua adalah gaji orang-orang yang bekerja di start up itu begitu luar biasa ya, terutama di level menengah dan elit,” tambahnya.
Kebutuhan akan gaji karyawan ini ternyata tidak diimbangi dengan traffic yang didapat dari kunjungan penggunanya.
Sebagaimana yang kita ketahui, sebelumnya kebutuhan akan cash out perusahaan start up ini ditopang oleh investor yang didapatkannya di capital market (pasar modal).
Dana dari investor inilah yang menjadi penopang untuk pembiayaan perusahaan termasuk salah satunya adalah melakukan promo-promo menarik sebagai strategi pemasarannya, atau dikenal dengan bakar-bakar uang.
Tetapi semenjak adanya prediksi mengenai akan terjadi resesi ekonomi global tahun 2023, banyak investor yang berpikir ulang mengenai investasinya.
“Bahkan, investor-investor besar banyak mengambil keputusan yang cukup radikal yaitu dia meninggalkan start up-start up yang dianggap sudah tidak profit. Inilah yang menjadi penyebab kedua kenapa perusahaan start up banyak mem-PHK karyawannya,” ucap pria berkacamata tersebut.
Dalam penjelasan yang disampaikannya, ia juga mengatakan bahwasanya image dari perusahaan digital saat ini mengalami keruntuhan akibat melakukan PHK yang besar-besaran.
Padahal sebelumnya perusahaan digital ini dinilai baik karena dianggap sebagai perusahaan yang penuh kreativitas, ide-ide cemerlang, kolaboratif dan memudahkan masyarakat.
“Yang tadinya dianggap sebagai pekerjaan idaman, hari ini pekerjaan itu boro-boro idaman. Orang mempertahankan bekerja di situ saja itu kelihatannya sulit, apalagi ada orang masuk baru,” ujarnya.
Apabila dua alasan tersebut menjadi landasan perusahaan melakukan PHK, ia mengatakan bahwa ada pengelolaan yang salah dalam perusahaan.
Bahkan ia dengan tegas mengatakan bahwa perusahaan start up ini telah menjadi perusahaan konvensional yang biasa karena alasan inefisiensi lalu memecat karyawannya.
“Kalau perusahaan tersebut tidak efisien, tidak menciptakan revenue dia dipaksa untuk melakukan efisiensi,” ujarnya.
Sumber: harianhaluan.com