Senin, 7 November 2022

KTT G20 yang puncaknya akan dilaksanakan pada tanggal 15-16 November 2022 di Bali berpotensi besar untuk gagal. Gagal dalam hal ini bukan berarti event tersebut gagal terlaksana namun agenda agenda strategis dunia yang diharapkan dari pelaksanaan event tersebut dapat dipastikan gagal tercapai.

Terlebih berhembus isu yang cukup kuat beredar Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan tidak datang pada perhelatan G20 di Bali pekan depan. Ini menunjukkan betapa pemimpin ke 2 negara Adi daya ini tidak menganggap penting dan strategis pertemuan G20 tersebut.

Kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina menemui presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan kunjungan nya ke Rusia menemui presiden Rusia Vladimir Putin pun boleh dikatakan sebagai sebuah misi perdamaian yang gagal. Karena pasca Jokowi kembali ke tanah air konflik yang ada antara kedua negara tersebut bukannya mereda malah semakin berkobar konfliknya.

Situasi yang terjadi di kawasan yaitu Myanmar dimana Juncta militer melakukan kejatahan kemanusiaan terhadap penduduk sipil warga Myanmar. Dimana beberapa pekan yang lalu militer mengebom acara penduduk sipil dengan menjatuhkan bom dari pesawat militer. Dalam perkembangannya peran Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar di ASEAN dan juga tuan rumah KTT G20 tidak nampak.

Saat ini dunia sedang menghadapi berbagai krisis yang terjadi imbas dari Pandemi selama 2 tahun dan disusul konflik berkepanjangan Rusia – Ukraina. Dunia saat ini menghadapi cost of living, inflasi dan krisis hutang yang memicu resesi di banyak negara.

Krisis energi yang saat ini terjadi di Eropa akibat terhentinya pasokan gas dari Rusia akibat konflik Ukraina – Rusia juga benar benar telah membawa Eropa kepada era kegelapan. Bahkan Inggris mencetak rekor sejarah memiliki seorang Perdana Mentri yang bertahan hanya selama 6 pekan. Dan kemudian digantikan oleh seorang warga negara Inggris seorang imigran keturunan India Rishi Sunak yang akhirnya terpilih dalam situasi yang penuh ketidak pastian ini.

KTT G20 Indonesia pekan depan dibayangi oleh situasi dunia yang penuh ketidak pastian dan ketegangan. Situasi terakhir bagaimana eskalasi yang terus memanas antara Korea Utara dengan Korea Selatan dan Jepang juga membayang bayangi pertemuan G20 tersebut.

Dengan berbagai permasalahan yang terjadi di dunia saat ini inflasi,krisis hutang, cost of living yang menghantui banyak negara. Ditambah semakin meningkat nya ketegangan di kawasan Korut – Korsel & Jepang, Taiwan antara China dan Amerika. Serta kemungkinan absennya Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin maka KTT G 20 di Indonesia tahun ini berpotensi besar untuk gagal.

Dengan atau tanpa adanya momentum KTT G20 Indonesia sebetulnya dapat memiliki peran diplomasi dan peran leadeship yang lebih signifikan dalam percaturan dunia. Namun situasi saat ini Indonesia tidak dapat mengambil peran yang strategis bagi dunia kecuali hanya hal hal yang bersifat ceremony belaka.

Sehingga penting Bagi Bangsa Indonesia 2024 mendatang memiliki kepala negara yang memahami kompleksitas hubungan relationship antar Bangsa. Seorang kepala negara yang memiliki Leadership yang kuat yang dapat mengantarkan Bangsa Indonesia menjadi pemain utama dunia. Dan bukan sekedar pemain pinggiran dan bersifat seremonial belaka.

Oleh: Achmad Nur Hidayat | Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute

Sumber: rimanews.id