Selasa, 22 November 2022

AKURAT.CO Ekonom sekaligus pakar kebijakan publik dari Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, menilai, ada dua alasan terjadinya fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di perusahaan digital atau startup.

“Alasan pertama, terjadi inefisiensi pengelolaan di perusahaan digital atau startup. Alasan kedua, yaitu para investor telah meninggalkan perusahaan startup,” kata Achmad dalam keterangannya kepada Akurat.co, Selasa (22/11/2022).

Adapun soal inefisiensi di Indonesia terjadi pada GoTo. Hal ini tercermin dalam laporan kinerja keuangannya bahwa kerugian GoTo melambung 76 persen jadi Rp20,32 triliun per kuartal-III 2022.

Sementara soal investor meninggalkan startup, kata dia, hal tersebut terjadi karena perusahaan induk investor mengalami kerugian secara holding seperti yang terjadi pada investor ruangguru, Tiger Global Management yang rugi Rp252 triliun dalam 6 bulan terakhir ini.

“Kedua alasan tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pekerja startup, mereka harus menerima keputusan pahit yaitu di-PHK,” ujarnya. Sebagaimana pemberitaan di berbagai media bahwa banyak startup yang kolap, dan yang bertahan melakukan efisiensi dengan melakukan PHK,” ujarnya.

Sebut saja raksasa teknologi Singapura yaitu Shopee yang melakukan PHK hingga 7.000 orang, kemudian Grab menutup GrabKtichen dan melakukan PHK bagi pegawai di divisi tersebut, dan kemudian disusul oleh GoTo Gojek Tokopedia (GoTo) yang memangkas jumlah pekerja sebanyak 1.300 pegawai atau 12 persen dari total sebagai akibat kondisi perlambatan makro ekonomi.

Sementara startup yang melakukan PHK ratusan pegawai adalah Ruangguru, Shopee Indonesia, LinkAja, Tokocrypto, Tanihub, Zenius, Sicepat, JD.ID, Pahamify, Mobile Primier League, Indosat Ooredoo Hutchison, Xendit dan Lummo. Total perusahaan 14.

Sumber: akurat.co