Kamis, 27 Oktober 2022
Warta Ekonomi, Jakarta – Jelang Pilpres 2024, Anies Baswedan yang dinilai dekat dengan kelompok mayoritas muslim tentunya mudah sekali dicap fundamentalis, radikal dan sektarian.
Hal ini disampaikan oleh Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute.
“Pemilu 2024 diprediksi akan seperti yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta dengan intensitas dan kuantitas yang lebih masif,” jelas Achmad melalui pernyataan tertulisnya, Kamis (27/10/22).
Politik saling menjatuhkan ini kata dia tidak bisa dipungkiri sudah berlangsung meski belum masuk tahun 2024.
“Kita akan melihat bagaimana situasi yang akan terjadi diantara pengusung masing-masing bakal calon presiden. Saat ini, kita bisa melihat bagaimana moral demokrasi bangsa ini dalam menyikapi perbedaan,” kata dia.
Jika masih ada unsur saling menjatuhkan lawan politik menurut Achmad, maka hal ini menggambarkan betapa buruknya etika dan betapa kekanak-kanakan demokrasi di Indonesia.
“Tentu saja yang diinginkan publik yang berpikir jernih adalah adanya persaingan sehat dan saling support. Tidak ada yang menggunakan cara-cara kotor untuk bersaing dengan saling menjatuhkan dan saling membunuh karakter,” ungkapnya.
Menurut Achmad pula, isu radikalisme adalah isu yang sangat mudah ditebak untuk digoreng yang disematkan kepada kaum tertentu dari kaum muslimin dan akan dibentur-benturkan dengan nasionalis.
“Sehingga seolah-olah kaum islamis dengan stigma radikalis, tidak nasionalis dan sesuatu yang seolah-olah harus diperangi,” tambahnya.
Jika kaum ini melekat dengan salah satu capres (Anies Baswedan) maka gorengan-gorengan seputar ini akan kembali marak terjadi sebagai upaya untuk menjegal capres tersebut.
“Para politisi harus mempresentasikan etika demokrasi dengan baik sehingga masyarakat tidak melihat dunia politik menjadi hal-hal yang hina,”kata dia.
“Rakyat sudah cukup bosan dengan kiprah-kiprah politisi-politisi yang suka adu domba dan saling menjatuhkan, yang menggunakan money politic dan cara-cara buruk lainnya untuk mencapai tujuan politiknya,” tutupnya.
Sumber: wartaekonomi.co.id