” Anies Baswedan telah memberikan kesan kuat bahwa dia adalah seorang pemimpin yang humanis, yang memikirkan nasib rakyat kecil “
JAKARTA | KBA – Berdasarkan data-data kuantitatif capaiannya selama lima tahun memiimpin DKI Jakarta, Anies Baswedan berpotensi menang dalam Pemilihan Presiden 2024. Data-data itu tidak bisa dimanipulasi dan dipoles sebab semua orang bisa mengaksesnya dan menganalisanya berdasarkan kaedah-kaedah ilmiah.
Guru Besar Ekonomi IPB Bogor Didin S Damanhuri mengatakan hal itu dalam diskusi virtual yang digelar Narasi Institute, Jumat, 7 Oktober 2022. Diskusi dengan topik “Seberapa Efektif Langkah Nasdem Mencapreskan Anies Baswesan?” itu dihadiri oleh banyak tokoh, pengamat, dan praktisi. Selain Didin, juga bertindak sebagi nara sumber adalah politisi Partai NasDem Zulfan B Lindan. Adapun pembawa acara tersebut, yaitu pakar Kebijakan Publik Muhamamd Noor Hidayat.
Selain data-data kuantitatif, kata Didin, Anies sendiri mempunyai kepribadian yang menyenangkan. Anies dipandang mengesankan sebagai orang santun, bisa menguasai diri dan emosi, perfeksionis dan pintar. “Dia terlihat menguasai masalah dan pembicara yang sangat menarik buat publik,” lanjutnya.
Menurut Didin, hal tersebut wajar karena Anies didukung oleh basis akademis yang sangat kuat. Anies adalah peraih gelar PhD ilmu politik dari universitas terkemuka AS dan terpilih sebagai tokoh dunia yang berpengaruh oleh Majalah Times AS.
Selain itu, ujar Didin, Anies juga terkesan tidak pernah mendendam terhadap orang-orang yang selalu menilai dia dengan negatif. Sebagai Gubernur Anies selalu direcoki oleh sebuah partai, yaitu PSI, yang terus menerus mencari kesalahannya. Mereka terus-menerus melancarkan kritik, bahkan dengan nada dan narasi yang sangat kasar.
”Tetapi Anies tidak pernah menanggapi dan melayaninya apalagi menyerang kembali secara kasar. Anies bahkan tidak terpancing untuk menyerang balik walaupun PSI terkesan nyinyir dan menyebalkan. Dia kelihatan fokus terus berkarya dalam berbagai upaya dan hal untuk menwujudkan tema kampanyenya, yaitu maju kotanya bahagia warganya,” kata peraih gelar PhD dari Univeritas di Perancis itu.
Pemimpin humanis
Dindin menilai Anies telah memberikan kesan kuat bahwa dia adalah seorang pemimpin yang humanis, yang memikirkan nasib rakyat kecil. “Sadar bahwa sebagian besar warganya hanya mampu membeli sepeda motor, dia kembali mengizinkan pengendara motor untuk melintasi dua jalan protokol Thamrin dan Sudirman yang waktu era Ahok dilarang,” ungkapnya.
Anies pun, sambung Didin, membuat trotoar bagus, nyaman, dan indah untuk pejalan kaki yang menyamai Singapura. Infrastruktur juga dirancang sebaik mungkin, yaitu bagaimana mengintegrasikan berbagai tranportasi publik. “Walaupun transportasi publik itu diawali oleh gubernur-gubernur sebelumnya tetapi yang mengintegrasikan menjadi transportasi publik yang baik dan ramah adalah Anies,” tegasnya.
Didin menambahkan data kuantitatifnya, yakni ajang Formula E juga merupakan momentum walaupun dijadikan alat untuk mengkriminalisasi Anies. Demikian juga JIS. Walaupun kata Ketua Umm PSSI, stadion itu tidak layak tetapi pihak internasional dalam hal ini, FIFA menyatakan stadion itu sangat futuristik, hebat, dan layak.
Data statistik
Berbicara tentang data statistik dari BPS, Didin menyatakan, riset terakhir menyebutkan bahwa DKI Jakarta ini berada pada posisi yang tinggi dan unggul. “Yang mengejutkan adalah kalau DKI ini adalah sebagai negara, maka posisinya sudah menyamai Singapura,” ujarnya.
Ia menyebutkan PDB DKI Jakarta sudah mencapai 18.300 USD. “Itu sudah masuk kategori PDB negara maju. Jauh lebih tinggi dari Indonesia yang cuma 3.900 USD, yaitu masih masuk dalam kategori negara miskin,” terangnya.
Lebih jauh Didin mengungkapkan bahwa IMP atau pemerataan pembangunan juga tinggi melebihi rata-rata nasinal. Indeks Gini atau Gini Ratio Jakarta sudah di angka 0,3 yang hal ini menunjukkan bahwa terjadi pemerataan di masyarakat. “Negara yang punya Gini Ratio yang merata adalah negara-negara Skandinavia. Itu berarti Gini Ratio Jakarta lebih baik dari banyak negara maju di Eropa dan Amerika,” ujarnya.
Adapun mengenai penduduk miskin, Jakarta jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 9 persen. DKI hanya 4,69 persen jumlah penduduk miskin, masuk tiga besar di bawah Bangka Belitung dan Kalsel. “Indeks demokrasi juga baik, DKI hampir sama bahkan lebih baik dari Australia dan Swiss. Kedua negara itu cuma di angka 89,0 sedangkan DKI Jakarta adalah 98,20. Di samping melebihi Australia dan Swiss juga terbaik dari seluruh Provinsi di Indonesia,” ungkap Didin.
Di samping itu, tambah dia, ruang publik untuk ekspresi di DKI Jakarta ada banyak. Ruang publik budaya pun unggul, seperti TIM yang sudah diresmikan oleh Anies Baswedan setelah direvitalisasi total. “Itu spektakuler sehingga DKI juga terpilih sebagai kota budaya dunia. Ini, sekali lagi semuanya merupakan data empiris dan bisa dirasakan oleh siapapun,” tegasnya.
Didin menambahkan, berbeda dengan kaum politisi yang penuh dengan kepentingan, rakyat umum merasakan adanya peningkatan Jakarta selama Anies memerintah. Anies berhasil mewujudkan janji politiknya sewaktu menjadi Gubernur. “Bisa dimengerti mengapa Surya Paloh mencalonkan dia sebagai Presiden. Tentu berdasarkan pada pikiran, Anies berguna untuk NasDem dan juga berguna untuk membenahi Indonesia,” kata dia.
Oleh: Achmad Nur Hidayat | Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute
Sumber: kbanews.com