Rabu, 03 Agustus 2022
Warta Ekonomi, Jakarta – Ketua Kongres Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi, yang mendarat di Taipei, Taiwan, pada Selasa (2/8/2022), menentang peringatan China agar tidak mengunjungi pulau tersebut yang memiliki pemerintahan sendiri.
Pelosi bukan yang pertama datang ke Taiwan. Sebelumnya, anggota Kongres AS dari Partai Republik Newt Gingrich datang ke Taiwan tahun 1997. Namun, kedatangannya tidak disertai manuver militer China.
Posisi China tahun 1997 bukanlah China sebagai negara adidaya global seperti sekarang ini. Tentunya sikap China akan berbeda di tahun 2022.
Kunjungan petinggi AS tersebut menyebabkan ketegangan baru berupa manuver milter dari pihak China. Manuver militer tersebut sudah terbaca jauh-jauh hari setidaknya pada Selasa (14/6/2022) karena saat itu terdapat indikasi provokasi AS terhadap China terkait Taiwan meningkat.
Achmad Nur Hidayat, pakar kebijakan publik Narasi Institute, pernah menulis artikel berjudul, “Provokasi AS Soal Taiwan Akan Picu Perang Dunia ke-3?” Di situ ditekankan bahwa sikap keras China terhadap provokasi AS bisa picu Perang Dunia III.
Kini pintu Perang Dunia III semakin dekat akibat provokasi-provokasi yang disebabkan kedua belah pihak yaitu pihak AS dan pihak China.
Tujuan Kedatangan Nancy Pelosi ke Taiwan
Nancy Pelosi, yang kini berusia 82 tahun, telah bertugas di Kongres sejak 1987, adalah seorang kritikus lama terhadap catatan hak asasi manusia (HAM) China. Dia juga telah berbicara untuk mendukung demonstrasi di Hong Kong menentang tindakan keras Beijing terhadap bekas jajahan Inggris tersebut.
Sementara itu, Pelosi hadir ke Taiwan ingin menegaskan sikap kongres dan rakyat AS bahwa rakyat AS tidak akan meninggalkan komitmen ke Taiwan.
“Kami bangga dengan persahabatan kami yang langgeng,” ujar Pelosi saat diterima pada Rabu (3/8/2022) oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan pejabat lainnya.
Pelosi mengatakan bahwa “Kunjungan delegasi kongres kami ke Taiwan menghormati komitmen teguh Amerika untuk mendukung demokrasi Taiwan yang solid.”
Kunjungan Pelosi telah membuat berang China dan menganggap setiap kunjungan pejabat tinggi asing sebagai ekspresi dukungan untuk kemerdekaan Taiwan.
Partai Komunis China (PKC) mengklaim Taiwan, beserta 23 juta orang penduduknya, merupakan bukan negara yang terpisah dari China. Namun pemimpin Xi Jinping telah berjanji “menyatukan kembali” Taipei dan Beijing, jika perlu dengan kekerasan.
sumber: wartaekonomi.co.id