Rabu, 24 Agustus 2022

Warta Ekonomi, Jakarta – Harga telur di pasaran kini mencapai harga tertingginya yaitu hingga Rp 33.000 per kilonya. Ini membuat banyak pihak bertanya-tanya apa sebenarnya penyebab harga bahan pokok ini melonjak tinggi. 

Menanggapi hal tersebut, Achmad Nur Hidayat selaku pengamat kebijakan publik Narasi Institute dan kepala studi Ekonomi Politik LKEB UPN Veteran Jakarta mengatakan bahwa harga telur terus naik ditengarai karena semakin melonjaknya permintaan telur sedangkan stock telur terbatas.

Diduga Permintaan telur dari pasar meningkat sedangkan supply telur yang ada  stagnan.

“Pemerintah harus segera mengintervensi kenaikan harga telur tersebut dengan melakukan operasi pasar untuk segera menurunkan harga telur tersebut karena kenaikan telur ini sangat membebani masyarakat karena telur adalah komoditas utama yang dibutuhkan hampir setiap rumah tangga,” komentarnya seperti dilansir dari keterangan tertulis yang diterima redaksi Warta Ekonomi, Kamis (24/08/22).

Ia juga menekankan pemerintah perlu juga melakukan penyelidikan mendalam apakah kenaikan telur ini disebabkan adanya campur tangan spekulan atau mafia telur di dalamnya. 

Jangan sampai ada pihak pihak tertentu yang mengambil keuntungan dari naiknya harga telur yang tidak wajar ini.

“Jika terbukti ada pihak pihak yang mengatur kenaikan harga telur secara tidak wajar ini maka semua pihak yang terlibat harus diproses secara hukum,” tambah Achmad.

Menurutnya pula, selama ini alasan yang digunakan jika terjadi kenaikan telur adalah karena langka dan mahalnya harga pakan ayam petelur.

Ini sebenarnya disebabkan karena selama ini stok pangan ayam petelur masih bergantung pada impor.

“Pemerintah harus sudah mulai melakukan swasembada terhadap pakan ayam petelur. Sehingga jangan lagi  ada peternak ayam yang mengeluh karena terbatas atau mahalnya harga pangan untuk ayam petelur,” ungkapnya.

Sumber: wartaekonomi.co.id