Rilis 16 Maret 2022
Beberapa hari ini kita diramaikan oleh seremonial Kendi Nusantara di Nol Kilometer yang sangat kontroversi. Yang dapat dipastikan bahwa acara tersebut menelan pembiayaan yang besar. Kemudian hari ini kita melihat bagaimana Euforia MotoGP yang mana para pembalap datang ke Istana Negara dengan pakaian balap motor lengkap dan foto bersama dengan Presiden Jokowi. Sementara disituasi pandemi yang belum berakhir ini kemungkinan besar bisa menyebabkan event MotoGP ini kurang menyedot banyak penonton.
Diwaktu yang sama kita juga bisa menyimak antrian emak-emak untuk mendapatkan minyak goreng yang telah merenggut korban jiwa. Ditengah persoalan kenaikan harga dan kelangkaan pangan yang melanda, kita bisa melihat bagaimana Presiden Jokowi lebih sibuk dan sigap pada kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial dan pencitraan yang tidak memecahkan masalah yang saat ini sedang terjadi. Ini membuat wajah pemerintah dirasa kurang mempunyai sense of crisis atas persoalan-persoalan yang sedang terjadi.
Dalam hal ini MotoGP adalah komunikasi publik yang menunjukkan presiden ini mempunyai bobot kepada pencitraan dari pada penyelesaian pangan. Ini menunjukkan presiden tidak fokus kepada pemenuhan hajat hidup orang banyak. Disini makin terasa upaya-upaya untuk mempertahankan masa jabatan hingga 3 periode atau penundaan pemilu 2024.
Presiden seharusnya lebih intens melakukan upaya-upaya untuk memastikan persoalan kenaikan harga dan kelangkaan pangan ini agar bisa segera di atasi dan mengurangi kegiatan-kegiatan yang dapat mendistorsi perhatian beliau dalam mengatasi persoalan. Karena menyangkut hajat hidup orang banyak semestinya mempunyai skala prioritas yang lebih utama.
Belum lagi kita dihadapkan kepada dampak perang Rusia – Ukraina, dampak pandei Covid 19 yang belum tuntas ditambah lagi varian baru Covid Deltacron yang mulai menyebar yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi negara dalam kurun waktu yang panjang. Tentunya hal ini menuntut pemerintah untuk lebih fokus dan melakukan berbagai upaya persiapan untuk menghadapinya secara yang matang. Tentu hal ini perlu waktu dan energi presiden lebih banyak. END