Sejumlah akademisi yang mengatasnamakan diri Aliansi Anak Bangsa Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa, dimotori oleh Narasi Institute, membuat petisi kepada Presiden RI Joko Widodo.
Petisi tersebut dilayangkan dalam rangka menolak peleburan sejumlah lembaga penelitian ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). “Peleburan lembaga-lembaga riset tersebut ternyata menimbulkan persoalan organisasi yang menghambat masa depan penelitian Indonesia,” tulis inisiator sekaligus Co-Founder Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, dalam petisi publik itu.
Peleburan lembaga-lembaga penelitian ini membuat sejumlah ilmuwan terbaik dan teruji terpaksa hengkang lantaran terhalang birokrasi, seperti status ASN atau lulusan S3.
“Peleburan lembaga seperti Eijkman tersebut akan diikuti oleh 38 lembaga lainnya yang mengakibatkan hilangnya peneliti yang diprediksi sekitar 1.500-1.600 peneliti non PNS. Padahal mereka sedang diharapkan akan mendapatkan penghargaan riset dunia dari lembaga risetnya,” jelas Hidayat.
Aliansi Anak Bangsa Peduli Riset dan Kemajuan Bangsa merasa prihatin terhadap langkah peleburan lembaga tersebut, meski mengaku sepakat dengan gagasan Jokowi soal efektivitas dan efisiensi lembaga penelitian. Mereka meminta Jokowi merevisi Perpres Nomor 78 Tahun 2021 tentang BRIN dan membentuk sebuah tim independen yang fokus untuk memberi rekomendasi terbaik bagi riset Indonesia.
“Oleh karena itu kami meminta Bapak Presiden untuk mengembalikan lembaga yang dileburkan tersebut ke asal kelembagaannya dan menjadikan BRIN hanya sebagai koordinator riset di Indonesia. BRIN tidak perlu meleburkan berbagai lembaga riset yang ada,” ujar Hidayat.
“Sekiranya Bapak Presiden berkenan, kami dengan senang hati menyampaikan pemikiran dan ide-ide kami mengenai berbagai permasalahan sangat mendasar yang dihadapi oleh lembagalembaga riset kita dan memerlukan reformasi yang hanya bisa terlaksana bila didukung oleh kehendak politik (political will) Bapak Presiden.”
Sejak dibuka untuk publik pada 8 Januari 2022 melalui laman change.org (bit.ly/PetisiBRIN), petisi ini sudah memperoleh sedikitnya 10.000 tanda tangan dari target 15.000. Aliansi ini mengatasnamakan sejumlah pakar, seperti Azyumadi Azra, Amien Soebandrio, Franz Magnis Suseno, sampai Muhammad Said Didu.
Sumber: Kompas