Rilis 26 Februari 2022
Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik NARASI INSTITUTE menyatakan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia seharusnya memiliki elit pemimpin yang mendalami rasa dan budaya mayoritas penduduknya.
“Budaya Indonesia sudah menempatkan adzan tidak hanya sebagai panggilan sholat, namun juga sebagai pengingat waktu dan doa atas bencana alam dan pengingat “eling” saat kekacauan manusia melanda seperti pada kerusuhan 1998. Budaya ini seharusnya dijaga dan dilestarikan karena di negara yang bukan muslim mayoritas, azan adalah sesuatu yang dirindukan kaum muslim” Ujar Achmad Nur Hidayat
ANH heran kenapa seolah-olah Menteri Agama telah memadankan panggilan adzan dengan gonggongan anjing seperti para kaum islamphobia yang benci agama mayoritas penduduk NKRI.
“Apakah Menag RI Gus Yaqut mengidap Islamophobia akut?” Ujar ANH
ANH menyayangkan Menteri Agama yang seharusnya melindungi semua agama malah menyakiti perasaan umat Islam. “Setau kami negara yang suka menyakiti perasaan umat islam adalah Negara Israel. Apakah Menag RI ini sudah memiliki semangat negara Israel sehingga mengikuti jejak menyakiti perasaan umat Islam” Ujar ANH
Patut diingat, Menag mengeluarkan statement mengenai analogi persamaan suara adzan dengan suara anjing menggonggong. Hal ini menurut Hidayat telah menyakiti perasaan kaum muslimin.
“Sungguh sangat memprihatinkan karena memperlihatkan ketidakprofesionalan pejabat publik dalam berstatement dan membuat kebijakan.” Ujar ANH yang juga pakar kebijakan publik
“Dalam membuat kebijakan tentunya harus melihat berbagai aspek secara mendalam. Kegiatan penggunaan speaker di masjid-masjid dan mushola sudah menjadi kearifan lokal. Sehingga jika hal ini dipermasalahkan menimbulkan kesan seperti ada diskriminasi sikap dibandingkan dengan sikap kepada kearifan lokal lainnya, seperti wayang, sesajen dan lain-lain yang mendapat pembelaan. Sebagai pejabat tentunya harus berhati-hati dalam membuat narasi yang sensitif, karena jika salah bicara imbasnya akan sangat besar’ Ujar ANH
ANH mengusulkan agar Menteri Agama di grounded alias direshuffle sebagai Menteri Agama. “Sebagai Menteri Agama sosok Gus Yaqut ini selalu membuat kontroversi. Umat muslim sering dibuat tidak nyaman. Padahal Presiden Jokowi sedang membutuhkan mayoritas dukungan kaum muslimin untuk pemulihan ekonomi” Ujar ANH
“Presiden Jokowi sejatinya membutuhkan para pembantu presiden yang mengerti bahwa bangsa Indonesia sedang susah akibat covid, kelangkaan minyak goreng, kedelai dan sedang membutuhkan dukungan rakyat untuk program-program pemerintah lainnya bukan sebaliknya, pejabat mencari musuh terus dari mayoritas penduduk” Ujar ANH
Kebijakan Yaqut dalam membatasi Azan tidak hanya tidak tepat waktu namun berakibat fatal karena telah menyebabkan kerengangan antara negara dan rakyat, sesuatu yang seharusnya dihindari oleh pembantu Presiden. Tambah ANH
ANH menilai Indonesia yang mayoritas muslim sebenarnya telah memiliki wisdom sendiri yang berlangsung puluhan tahun terkait speaker adzan. Speaker adzan tidak selalu digunakan, banyak even dari bacaan Quran, Ceramah, Sholawat dan Wirid-wirid lain yang memiliki keutamaan bagi umat Islam tidak selalu menggunakan speaker adzan.
“Para takmir teruji memiliki konvensional wisdom tersendiri berupa toleransi sehingga tidak semua even di mesjid disebarkan melalui speaker adzan” ujar Hidayat ANH meminta Menteri Yaqut diganti. “Jika sekelas menteri agama tidak bisa melihat permasalahan ini dengan wisdomnya maka sudah sewajarnya menteri yang satu ini digrounded dari kementeriannya.” Ujar Hidayat